TELENEWS.ID – Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama, atau yang akrab disapa Ahok, tengah melakukan penyelidikan internal pada perusahaan Pertamina.
Hal tersebut lantaran terciumnya hal yang tidak beres pada kontrak jual beli gas alam cair (LNG) yang dilakukan oleh perusahaan.
Diketahui, menurut pemberitaan CNBC Indonesia yang dikutip Rabu (13/1/2021), Pertamina telah menjajaki dua kontrak jual beli LNG yang dinilai bermasalah.
Salah satu perjanjian tersebut tertulis dengan perusahaan Anadarko Petroleum Corporation pada Februari 2019.
Pada perjanjian tersebut tertulis bahwa Pertamina sudah menandatangani Perjanjian Jual Beli (SPA) dengan Anadarko untuk pembelian LNG dari Mozambik LNG1 Company Pte Ltd, sebuah perusahaan penjualan bersama yang dimiliki Mozambik Area 1 co-venturer.
Perjanjian itu juga berlaku untuk setiap 1 juta ton LNG yang dibeli per tahunnya (MTPA) untuk jangka waktu 20 tahun.
Rencananya, LNG sudah siap dipasok mulai 2024 mendatang.
Perihal investigasi, Ahok pun mengiyakan adanya pemeriksaan internal terkait perjanjian jual beli yang dinilai bermasalah itu.
Meskipun begitu, Ahok enggan memberikan informasi lebih lanjut terkait permasalahannya.
“Kami periksa dua kontrak. Nanya ke Corcom (Corporate Communication Pertamina) saja,” jelasnya pada Selasa (12/1/2021).
Pembelian LNG dari Mozambik ini diklaim sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan bentuk antisipasi kekurangan pasokan gas di dalam negeri.
Hal ini sempat disampaikan oleh Direktur Pemasaran Korporat Pertamina yang menjabat pada saat itu, yakni Trikora Putra.
“Itu kan kami sesuaikan dengan rencana kebutuhan di domestik.
Di 2024 itu kan kita memang terjadi kurang, sampai 2030 masih akan terjadi defisit, jadi prioritas untuk domestik.
Jadi memang pengembangan proyek kilang dan juga untuk listrik nantinya kita masih butuh tambahan (gas), dan berharap proyek-proyek domestik berjalan lancar,” jelasnya, Jumat (1/3/2019).
Jika kebutuhan domestik sudah berhasil tertutup, tambahnya, sangat memungkinkan untuk perusahaan memasukkan kerja sama LNG tersebut dalam portofolio penjualan LNG internasional perusahaan.
“Pokoknya untuk domestik dulu. Kalau domestik sudah memenuhi kebutuhan baru masuk ke portofolio Pertamina, itu kan bagian bisnis ya, jadi ya ada saja (kemungkinan),” tambahnya.
Menurut Wakil Presiden Eksekutif Anadarko, Internasional, Deepwater & Eksplorasi Mitch Ingram, Indonesia dinilai sebagai salah satu pasar potensial untuk gas alam dengan pertumbuhan yang tercepat di Asia.
Pertamina dalam hal ini akan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan energi dalam negeri untuk jangka panjang.
“Kami sangat senang dan berterima kasih kepada Pertamina karena memilih LNG Mozambik untuk menjadi bagian dari portofolio energi jangka panjangnya,” pungkas Mitch. (Ajeng)