TELENEWS.ID – Jurnalis sekaligus dosen UI, Ade Armando mengalami pengeroyokan dan kekerasan pada demo mahasiswa pada tanggal 11 April 2022 kemarin. Tersebar foto Ade dengan kondisi babak belur dan nyaris tanpa busana.
Menurut keterangan pihak berwajib, kondisi pria berusia 60 tahun ini cukup memprihatinkan. “Kondisi Ade Armando cukup memprihatinkan,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran. Fadil menyebut Ade langsung mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
“Beliau terluka di bagian kepala. Sekarang tim dokter PMJ sudah membawa beliau ke rumah sakit dan sudah mendapat pertolongan tim dokter rumah sakit,” katanya.
Kekerasan yang dialami oleh Ade Armando sejatinya bisa dialami oleh siapa saja. Pengeroyokan karena berbagai alasan, bisa dialami oleh siapa saja di sekitar kita. Tak jarang korban sendiri bisa mengalami trauma berkepanjangan akibat peristiwa pengeroyokan atau kekerasan yang mereka alami.
Menurut American Psychological Association (APA), trauma adalah ”respons emosional terhadap peristiwa mengerikan seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam”. Namun, seseorang mungkin mengalami trauma sebagai respons terhadap setiap peristiwa yang mereka anggap mengancam atau berbahaya secara fisik atau emosional.
Seseorang yang mengalami trauma dapat merasakan berbagai emosi baik segera setelah kejadian, maupun dalam jangka panjang. Mereka mungkin merasa selalu ketakutan, tidak berdaya, terkejut, atau mengalami kesulitan memproses pengalaman mereka. Trauma juga dapat menyebabkan berbagai gejala gangguan fisik seperti gangguan makan dan juga pola tidur.
Meski begitu, jika kamu juga pernah menjadi korban kekerasan atau pengeroyokan seperti Ade Armando, maka ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi trauma tersebut.
- Beri waktu pada dirimu sendiri
Butuh waktu yang tidak sebentar untuk pulih dari peristiwa traumatis. Mungkin perlu beberapa saat bagi kamu untuk menerima apa yang telah terjadi, atau belajar untuk hidup dengannya. Cobalah untuk tidak memaksa pada diri sendiri untuk langsung merasa baik-baik saja setelah mengalami peristiwa ini. - Bicarakan mengenai peristiwa tersebut
Setelah peristiwa traumatis, kamu mungkin ingin menghindari hal-hal yang mengingatkan tentang peristiwa itu, dan menghindari membicarakan apa yang terjadi. Namun penelitian telah menunjukkan bahwa membicarakan peristiwa dan apa yang kamu rasakan, dapat membantu kamu menjadi lebih kuat menghadapi peristiwa tersebut. Ini karena menghindari untuk mengingat dan mengingkari perasaan trauma, justru membuat korban kekerasan merasa lebih buruk. - Jangan terlalu sering menyendiri
Berada di sekitar orang lain telah terbukti memperkecil kemungkinan korban kekerasan mengalami kesehatan mental yang buruk. Memang penarikan diri dari orang lain adalah gejala umum dari trauma. Namun, berhubungan dengan teman dan keluarga itu penting. Menurut Anxiety and Depression Association of America, tetap berhubungan dengan orang-orang dapat membantu mencegah trauma menjadi PTSD. - Jangan ragu minta dukungan orang lain
Mencari dukungan dari teman, keluarga, atau orang lain yang kamu percayai dapat membantu kamu merasa lebih baik setelah peristiwa traumatis. Orang lain mungkin menawarkan perspektif yang berbeda, sambil memberi kamu kesempatan untuk berbicara tentang perasaanmu. - Temui terapis profesional
Jika kamu merasa trauma yang kamu alami sudah sangat parah dan sulit dihilangkan, inilah saatnya kamu meminta bantuan profesional. Orang yang mengalami gejala trauma yang persisten atau parah harus mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Sangat penting untuk mencari bantuan jika gejala trauma mengganggu fungsi sehari-hari atau hubungan dengan orang lain. (Yuyun Amalia)