TELENEWS.ID – Sejarah panjang menyelimuti kedatangan penganut Yahudi ke Indonesia. Menurut Romi Zarman selaku peneliti sejarah Yahudi di Indonesia, dirinya menuturkan bahwa orang Yahudi datang dalam tiga gelombang.
Ishaaq Yehuda, seorang Yahudi Oman, pada awal abad ke-10 datang ke Sumatera sebagai pedagang. Namun naasnya dirinya harus meregang nyawa setelah dirampok di daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.
Tiga abad setelahnya, seorang Yahudi asal Mesir datang dan berdagang di daerah Barus, Pesisir Barat Sumatera.
Romi menuturkan bahwa orang-orang Yahudi datang ke Indonesia awalnya hanya ingin memperbaiki ekonomi mereka dengan cara berdagang. Namun pada abad ke-16, datangnya orang Yahudi ternyata juga diikuti faktor lain mengingat mereka terusir oleh Politik Inkuisisi yang terjadi di Spanyol.
Menurut Romi, kelompok tersebut akhirnya memutuskan untuk bermigrasi ke Asia. Kelompok tersebut disinyalir menetap di Malaka. Para penganut Yahudi gelombang kedua datang ke Indonesia pada tahun 1602 hingga pada saat kolonial Belanda pada tahun 1819.
Romi melanjutkan bahwa sebagian dari orang Yahudi tersebut adalah masuk kedalam penganut Yahudi Separdi. Kelompok tersebut mampu berbahasa Arab sehingga bekerja menjadi penerjemah di perusahaan dagang British East India Company (EIC) dan Vereenigde Oost-Indisch Compagnie (VOC) khususnya di Banten dan Aceh.
Lalu ada juga kelompok Yahudi Askenazi yang berasal dari Eropa Timur. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai administrator dan juga sempat ikut menjadi barisan serdadu VOC. Sementara itu Yahudi Mizrahi dari Timur Tengah adalah orang-orang yang lihai dalam bidang bisnis sehingga membuat mereka bisa melebarkan sayap dan bekerja sama dengan orang banyak.
Ternyata orang Yahudi yang masuk ke Indonesia tidak hanya para penganut Yudaisme saja, namun ada juga Yahudi Arab yang memeluk agama Islam. Mereka pun memilih untuk sama-sama bermigrasi dengan kelompok Arab.
Romi meneliti bahwa setelah bertemu dengan salah satu keturunan Yahudi Arab, mereka ternyata memiliki kontribusi yang cukup nyata dalam menyebarkan agama Islam di tanah air. Pada awal 1920an, para penganut Yahudi tersebar di beberapa wilayah seperti Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Batavia, Deli, Medan, Padang dan Kutaraja. Mereka pun meninggalkan jejak dalam bentuk makam yang memiliki aksara Ibrani yang bisa ditemukan di Manado, Kembang Kuning Surabaya, TPU Petamburan Jakarta dan Peucut Aceh.
Namun hingga saat ini di Indonesia tidak banyak masyarakat yang mengetahui atau melihat para penganut Yahudi dengan kasat mata. Mereka lebih mengetahui keberadaan mereka melalui media sosial. (Neidi)