TELENEWS.ID – “Tembok Besar” baru kini sedang dibangun oleh China di Laut China Selatan. Pangkalan militer besar telah didirikan oleh Beijing di sebuah pulau. Hal ini dilakukan mengingat konflik yang terus meningkat dikarenakan sengketa Laut China Selatan yang lokasinya memang sangat strategis.
Washington Times yang memperlihatkan foto satelit menunjukkan titik sebaran pesawat kontrol dan peringatan Angkatan Udara China (PLA) KJ-500 yang menuju ke Mischief Reef yang terletak di Kepulauan Spratly pada bulan Mei dan Juni lalu. Sementara itu helicopter Z-8 dan pesawat angkut Y-9 juga tampak dalam foto satelit kala terlihat di Subi Reef.
Michael Dahm selaku manta perwira intelijen angkatan laut Amerika Serikat yang kini bekerja di Universitas Johns Hopkins menuturkan bahwa penempatan yang ada di foto satelit tersebut memang terlihat permanen.
Michael pun menduga bahwa PLA mungkin telah melakukan operasi udara secara rutin yang bermula dari pangkalan militer tersebut.
Krisis COVID-19 digunakan alasan oleh China untuk kembali menegaskan pengendalian atas Laut China Selatan yang memang sangat krusial.
Beijing menilai masih memiliki hak atas sebagian besar petak laut yang menjadi sengketa. Namun sejumlah negara lain seperti Brunei, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Taiwan yang juga memiliki klaim yang kuat secara hukum internasional.
Namun klaim tersebut tidak cukup kuat ketika pengadilan yang didukung PBB memutuskan secara independen bahwa perairan tersebut bersifat internasional. Pengadilan tersebut kemudian menjelaskan bahwa negara yang mengklaim perairan yang ada di sekitar mereka harus diukur dari daratan.
Beijing pun memutuskan untuk mendirikan beberapa pulau di tengah Laut China Selatan selama bertahun-tahun lamanya. Akhirnya Beijing pun menyulapnya menjadi pengkalan militer.
China memang sudah bertekad untuk mendirikan sebuah wadah untuk berlindung yang dilengkapi oleh fasilitas menangkap ikan komersial dan pengiriman ke sejumlah pulau seperti Pulau Spratly dan Paracel.
Michael pun menuturkan bahwa China telah menyulap sejumlah pulau yang menjadi sengketa tersebut menjadi sebuah benteng perlindungan. Pesawat temput mereka pun hanya akan digunakan untuk mengintai wilayah sekitar. Dirinya pun beranggapan bahwa China memang ingin meningkatkan kekuasaan atas wilayah sengketa itu.
China mungkin saja akan menggunakan pesawat tersebut agar lebih efektif dalam penggunaan aset yang ada di wilayah tersebut. Hal ini disebut juga dengan milisi maritim.
Hal tersebut dilakukan oleh China setelah sebuah kapal perang Amerika Serikat memasuki zona perairan teritorialnya secara ilegal pada bulan Mei lalu di dekat Kepulauan Paracel. Southern Theatre Command Militer China mengungkapkan bahwa apa yang telah dilakukan oleh AS tersebut telah melanggar kedaulatan China yang bisa menyebabkan rusaknya stabilitas regional. (Neidi)