TELENEWS.ID – Pada Desember 2012, UEFA sebagai badan pengatur sepak bola benua Eropa mengumumkan bahwa Euro 2020 akan diadakan di beberapa kota di negara-negara Eropa sebagai peringatan 60 tahun turnamen tersebut, yang berarti tidak ada negara tunggal sebagai tuan rumah.
Wembley Stadium yang berlokasi di London, Inggris, ditunjuk sebagai tempat semifinal dan final oleh komite eksekutif UEFA pada 2014 lalu. Hal itu karena tawaran untuk mengadakan final di Allianz Arena, kota Munich, mendapat penolakan.
Setelahnya, karena Inggris berhak mengadakan babak semifinal dan final, tim nasionalnya tidak diperbolehkan ‘bermain kandang’ di babak penyisihan grup dan babak gugur yang sebelumnya disepakati.
Karena itu, kota Brussel di Belgia ditunjuk untuk menggelar babak penyisihan grup yang didalamnya terdapat tim nasional Inggris. Akan tetapi hal itu dibatalkan pada 2017 lalu karena ada pembangunan stadion baru.
Akhirnya, semua pertandingan yang dijadwalkan berlangsung di kota Brussel (tiga babak penyisihan grup dan satu babak 16 besar) dipindahkan ke London. Dengan satu pertandingan babak 16 besar antara Italia dan Austria digelar di Wembley Stadium.
Kemudian Inggris kembali diuntungkan saat komite UEFA membatalkan pertandingan babak 16 besar lainnya yang seharusnya digelar di Aviva Stadium (di kota Dublin, Irlandia) dan dipindahkan ke Wembley Stadium karena pengurus stadion itu tidak bisa menjamin jumlah penonton minimum terkait Covid-19.
Alhasil, Inggris yang menjadi juara Grup D bertemu runner-up Grup F yaitu Jerman di Wembley Stadium. Namun di babak delapan besar, Inggris harus melakukan perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya di Euro 2020 saat menghadapi Ukraina.
Jika mereka menang dalam pertandingan yang digelar di kota Roma, Inggris akan kembali bermain di Wembley Stadium untuk menghadapi pemenang antara Denmark atau Republik Ceko, ditambah final yang menunggu di tempat yang sama jika tim asuhan Gareth Southgate mampu melangkah jauh.
Ditotal sampai ke babak final, Inggris bisa menjalani enam dari tujuh pertandingan yang digelar di kandang mereka sendiri.
Melihat kondisi itu, maka wajar jika bergema pula istilah ‘football is coming home’ di media sosial. Terlebih lagi melihat catatan Inggris sepanjang gelaran Euro 2020 yang tanpa kekalahan dan menjadi satu-satunya tim yang belum kebobolan serta menaklukkan Jerman di babak 16 besar dengan skor 2-0.
Tapi sebenarnya dari manakah asal istilah ‘football is coming home’? Menurut berbagai sumber, kalimat itu sangat populer di kalangan penggemar Inggris, terutama saat tim kesayangan mereka melangkah jauh di turnamen.
Hal itu karena para penggemar The Three Lions menganggap Inggris adalah tempat lahirnya sepak bola. Jika mengulas sejarah masa lalu, aturan sepak bola pun dirancang di Inggris.
Selain itu, Inggris menjadi tempat berlangsungnya turnamen sepak bola tertua di dunia yang masih berjalan sampai sekarang ini, yaitu Piala FA yang telah digelar sejak tahun 1871.
Namun tak hanya itu, istilah ‘football is coming home’ juga ditujukan pada penantian Inggris untuk memenangkan turnamen bergengsi sejak 1966, saat The Three Lions memenangkan Piala Dunia.
Bahkan karena penantian panjang tersebut, grup musik The Lighting Seeds berkolaborasi dengan Frank Skinner dan David Baddiel untuk menciptakan lagu khusus tim nasional Inggris yang berjudul ‘Football’s Coming Home’.
Jadi melihat segala faktor yang menguntungkan dan juga penampilan impresif Inggris di Euro 2020 sejauh ini, apakah mereka benar-benar bisa mewujudkan istilah ‘football is coming home’ ? (Dhe)