TELENEWS.ID – Menjelang Hari H balapan Formula E, Anies Baswedan curhat mengenai pemilihan lokasi balapan yang awalnya akan dilaksanakan di Monas, namun harus dipindahkan ke Ancol. Anies mengatakan bahwa beberapa lokasi yang diajukan untuk menjadi sirkuit Formula E ditolak, hingga akhirnya dipilih Ancol sebagai sirkuitnya. Anies juga memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya sangat ingin Formula E ini diadakan di Monas.
“Ini disiarkan langsung lebih dari 170 negara, menyiarkan langsung pertandingan itu. Kami ingin kita punya ikon yang dunia tahu, kenapa ingin di Monas? Supaya wajah Monas itu, gambar Monas itu nanti menjadi ikon dunia,” kata Anies dalam video viral di acara PKS beberapa hari yang lalu.
Anies mengatakan juga bahwa ada pihak yang tidak mengizinkan Formula E diadakan di Monas, akan tetapi Anies tidak merinci secara lebih detail lagi siapa yang tidak mengizinkan balapan tersebut diadakan di Monas.
“Itu cita-citanya. Eh, enggak boleh bapak-ibu. Ya, sudah, jadi pindah ke mana? Pindah ke Ancol,” sambung Anies.
Anies lagi-lagi menganalogikan perjalanan Formula E ini dengan kisah Nabi Khidir AS dan juga Nabi Musa AS. Menurut Anies, apa yang terjadi dengan Formula E ini sama seperti rombongan Nabi Musa AS yang mana, pada masa itu ada kejadian terlebih dahulu (dengan dikejar Firaun), baru kemudian ada hikmah setelah kejadian tersebut.
Sebelumnya, Anies mengatakan bahwa ada hikmah tersendiri yang dia dapatkan dengan berpindahnya venue Formula E dari Monas ke Ancol. Hikmahnya adalah JIS akan menjadi ikon baru kota Jakarta karena latar belakang dari sirkuit tersebut adalah Stadion JIS yang lokasinya berdekatan dengan arena balapan Formula E.
Setneg Membantah Pernyataan Anies
Banyak yang menilai bahwa pihak yang tidak mengizinkan Formula E yang dimaksud Anies adalah Kementerian Sekretariat Negara. Melalui Staf Khususnya, Faldo Maldini, dirinya menyampaikan tanggapannya terkait ucapan Anies yang mengatakan bahwa vada pihak yang melarang Formula E diadakan di Monas.
“Sudah ada alternatif waktu itu kawasan Medan Merdeka masih tetap dapat digunakan, yang meliputi Jalan Merdeka Timur, Selatan, Barat, sampai dengan putaran balik depan RRI. Monasnya tetap kelihatan, kok. Tidak ada larangan,” kata Faldo melalui keterangan tertulis, Selasa (31/5).
Faldo menambahkan bahwa di sekitar Monas ada banyak cagar budaya yang dikhawatirkan akan terganggu dengan getaran yang dihasilkan dari mobil Formula E tersebut. Dirinya mengatakan bahwa Anies pasti sudah memahami kondisi tersebut, dan pihaknya menegaskan bahwa tidak ada larangan untuk mengadakan Formula E, namun lebih tepatnya digeser. Sebelumnya Anies mengatakan bahwa venue tersebut digusur.
PDIP Menilai Anies Tidak Jujur
Curahan hati Anies tersebut mendapatkan tanggapan dari beberapa elit politik di Pemprov DKI Jakarta, salah satunya adalah Gilbert Simanjuntak, yang merupakan anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP.
“Sangat disayangkan ucapan Anies yang mengatakan bahwa ada pihak yang menggusur perhelatan Formula E dari venue di Monas ke Ancol, saat acara di partai politik. Seharusnya itu dijelaskan secara kesatria di sidang Paripurna Interpelasi DPRD, termasuk pengrusakan hutan kota yang dilakukannya dengan menggunduli Monas,” kata Gilbert dalam keterangan tertulis, Senin (30/5/2022).
Ucapan Anies tersebut dikatakan Gilbert sebagai penjelasan yang tidak jujur, karena menurut pengakuannya, Anies membuat kesepakatan dengan pihak asing tanpa melibatkan DPRD DKI Jakarta untuk urusan Formula E ini. Masalah pemilihan Monas sebagai venue Formula E, pemilihan tersebut nilainya sebagai keputusan yang tidak disertai dengan pertimbangan.
“Pemilihan Monas sebagai venue juga tanpa pertimbangan yang baik dan jelas melanggar aturan mengenai cagar budaya. Sehingga apabila pihak yang berwenang tidak memberi izin penggunaan Monas, itu justru sesuai UU. Jangan yang melanggar aturan seakan-akan benar dan membuat kesan seakan-akan korban padahal yang bersangkutan melanggar aturan,” tuturnya.
Gilbert buka suara, terkait pemilihan venue Monas ini, yang memunculkan fakta baru ternyata tidak ada yang merekomendasikan Formula E digelar di Monas. Dikatakan oleh Gilbert, Gubernur menyurati Setneg dengan mengatakan bahwa sudah mendapatkan izin Tim Ahli Cagar Budaya. Padahal, dari Tim Sidang Pemugaran.
“Setelah terbuka ke publik, bukannya minta maaf sudah melakukan pembohongan publik, malah mengatakan itu salah ketik. Padahal jelas Prof. Mundardjito (almarhum) sebagai Ketua TACB membantah tidak pernah memberi rekomendasi, artinya bukan salah ketik. Sebaiknya pejabat membiasakan berkata jujur, karena masyarakat bukan orang bodoh,” sambungnya. (Latief)