TELENEWS.ID – Jelang hari raya Idul Fitri, mengenakan baju baru sepertinya sudah menjadi tradisi bagi seluruh umat Islam di Indonesia meskipun tidak diwajibkan secara agama.
Karena itu lah sering muncul pertanyaan tentang bagaimana asal-usul tradisi baju baru tersebut.
Menurut berbagai sumber, tradisi baju baru sudah ada sejak zaman dahulu. Namun hal itu dilakukan karena mengandung nilai filosofi tertentu.
Dikutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, tradisi baju baru diceritakan berawal dari kesultanan Banten pada abad ke-16.
Hal itu terbilang lumrah karena wilayah Banten memang erat dengan nuansa Islam. Bahkan pada masanya, jelang hari raya Idul Fitri, warga di sana berbondong-bondong mencari baju baru ke pasar.
Tetapi bagi warga yang kurang mampu, mereka biasanya menjahit baju sendiri sehingga banyak pula orang-orang yang aslinya berprofesi sebagai petani tiba-tiba menjadi penjahit baju jelang hari raya.
Mengenai filosofinya sendiri, baju baru dianggap sebagai simbol keadaan suci, bersih dan seperti terlahir kembali ketika Idul Fitri. Selain itu, baju baru juga menjadi simbol wujud kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan.
Namun ternyata tradisi baju baru juga dimiliki oleh kerajaan Mataram baru, Yogyakarta, yang warganya mayoritas beragama Islam.
Mereka juga berbondong-bondong mencari baju baru dengan cara membeli atau pun menjahit sendiri. Saat Idul Fitri semakin dekat, warga di sana menjalani malam takbiran dengan berkeliling dan diiringi cahaya obor.
Begitulah sejarah bagaimana munculnya tradisi baju baru jelang hari raya Idul Fitri yang memang ada sejak zaman kerajaan dan diturunkan sampai sekarang ini.
Memang mengenakan baju baru saat hari raya sah-sah saja, namun perlu diingat juga bahwa esensi dari Idul Fitri tidak hanya sebatas itu.
Pada dasarnya, Idul Fitri adalah hari raya bagi mereka yang telah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh dan suci seperti terlahir kembali karena segala dosa yang diampuni.
Sayangnya zaman sekarang banyak orang yang salah menafsirkan tradisi baju baru tersebut. Seharusnya Idul Fitri tidak sekadar mengenakan baju yang baru, karena hati ‘yang baru’ dan menjadi manusia yang lebih baik adalah tujuan utamanya. (Dhe)