TELENEWS.ID – Uji coba vaksin Covid-19 yang disuntikkan ke dalam tubuh tanpa melalui jarum disetujui oleh pemerintah Australia.
Dilansir dari 9news.com.au, penyuntikan yang dimaksud adalah mengirimkan vaksin berbasis DNA kepada sukarelawan yang sehat dengan menggunakan injector jet.
Alat tersebut pun telah digunakan di Amerika Serikat, namun hanya untuk menyuntikkan vaksin flu. Sedangkan Australia akan jadi negara pertama yang menyuntikkan vaksin Covid-19 dengan cara itu.
Vaksin tersebut dirancang untuk memberikan instruksi ke DNA dan mengajari sel-sel tubuh menciptakan protein lonjakan Covid-19 agar sistem kekebalan tubuh terbangun.
Dalam sebuah pernyataan, Dr. Nick Wood yang bertindak sebagai peneliti utama dari Universitas Sydney mengatakan bahwa uji coba khusus itu hanya mengambil kode DNA dan menggunakan perangkat bebas jarum khusus untuk menekan mekanis kode genetik DNA ke dalam sel.
Dalam uji coba fase pertama, dia dan tim peneliti berharap ada 150 sukarelawan untuk melihat perkembangan sistem keamanan dan kekebalan.
Kemudian Profesor Peter Richmond yang merupakan salah satu peneliti dalam uji coba itu menilai apakah pendekatan menyuntik vaksin tanpa jarum bisa jadi solusi di masa depan.
Dia mengatakan bahwa memberi vaksin menggunakan injector jet sangat mudah dan tidak terasa.
Sedangkan menurut informasi dari news.com, pekan ini para relawan menjalani fase pertama uji coba, di mana Scientia Sydney, Telethon Kids Institute di Perth, Rumah Sakit Wanita dan Anak di Adelaide ditunjuk sebagai tempat penelitian.
Sekuens DNA genetik dari virus SARS-CoV2 digunakan sebagai vaksin yang menembus kulit dengan teknologi tanpa jarum. Kemudian, sel-sel tubuh akan menyerap DNA dengan protein lonjakan virus yang dihasilkan kode DNA sehingga memicu respon imun.
Untuk pengembangan vaksin, Universitas Sidney sebagai pemimpin uji coba menjalin kemitraan dengan perusahaan biotek Technovalia dan mitra vaksin internasional BioNet.
Sedangkan untuk proses lebih lanjut, vaksin diberikan dua dosis dengan jarak satu bulan. Dengan begitu, para peneliti bisa menyelidiki apakah dosis bisa diturunkan.
Jika uji coba fase pertama berhasil dijalankan, maka akan berlanjut ke fase kedua. (Dhe)