Home Hiburan Bantar Gebang Adalah Surga Bagi Pemulung, Ironis

Bantar Gebang Adalah Surga Bagi Pemulung, Ironis

Facebook
Twitter

TELENEWS.ID – Salah satu tempat iconic di Bekasi adalah Bantar Gebang. Pusat dari sebuah tempat pembuangan sampah utama dari seluruh penjuru ibukota Jakarta dan sekitarnya. Masyarakat pada umumnya akan memberikan kesan negative tatkala mendengar kata Bantar Gebang dan enggan untuk berkunjung. Namun ternyata dibalik kotornya gunung sampah yang selalu meninggi tak terkendali, ternyata hal itu merupakan sebuah emas bagi kelompok pemulung dan masyarakat yang tinggal di sekitar Bantar Gebang. Bagaimana bisa ?

Hal yang lebih ironis dari Bantar Gebang adalah ternyata pusat pembuangan sampah utama ini sangat dibutuhkan masyarakat. Hari demi hari, hingga tahun demi tahun tanpa disadari masyarakat membuang sampah dengan nyaman dan memenuhi Bantar Gebang hingga saat ini. Ketika Bantar Gebang sudah mencapai batas kapasitasnya, barulah sejumlah masyarakat yang diwakili oleh aktivis lingkungan dan tokoh, mulai berpikir untuk memperkecil gunung sampah tersebut. Karena jika tidak, dan Bantar Gebang tidak sanggup lagi menampung sampah ibukota, kemanakah sampah tersebut akan dibuang ?

Bantar Gebang sendiri sebenarnya adalah nama sebuah kecamatan kecil di Bekasi yang terbagi ke dalam empat kelurahan dan memiliki total luas daerah mencapai 18,44 km². Kelurahan Bantar Gebang, Kelurahan Cikiwul, Kelurahan Ciketing Udik, dan Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan sensus penduduk pemerintah kota Bekasi, jumlah penduduk saat ini untuk kecamatan Bantar Gebang sebanyak 107,216 orang. Kisah mendalam dari ironisnya kehidupan masyarakat di Bantar Gebang yang tidak kita sadari, diceritakan langsung oleh influencer sekaligus tiktokers bernama Anay. Hingga saat ini, Anay sudah memiliki pengikut di akun tiktoknya sejumlah 1,3 juta pengikut. Dirinya juga menjadi influencer di beberapa acara yang mengambil tema kepedulian lingkungan.

Banyak yang tidak tahu bahwa Anay merupakan salah satu warga yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah Bantar Gebang. Suksesnya karier menjadi influencer dan tiktokers tidak menjadikan dirinya memiliki keinginan pindah ke tempat yang lebih baik dibanding tinggal dekat pembuangan sampah. Anay mengaku, selain karena masih memiliki orang tua yang tidak ingin pindah, biaya hidup yang masih relatif murah juga menjadi faktornya untuk menetap. Padahal menurutnya, tinggal di Bantar Gebang bersama banyak sampah tetap memiliki penghasilan yang cukup baginya dan berbagai ide menarik serta positif yang dapat direalisasikan.

Menurut Anay, hamparan gunung sampah yang luas di Bantar Gebang ini merupakan surga dan tempat mencari nafkah yang halal bagi masyarakat sekitar Bantar Gebang khususnya para pemulung. Seluruh barang yang bisa diambil, dimanfaatkan kembali oleh pemulung baik untuk di daur ulang maupun langsung dijual yang pasti menghasilkan uang. Bagi pemulung, Bantar Gebang bukan tempat pembuangan sampah, namun gudang uang dan emas bagi kehidupan mereka.

Berdasarkan data statistic Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, ada sekitar 7,000 pemulung bahkan lebih yang menggantungkan hidup dari memungut sampah di Bantar Gebang. Sejak tahun 2016, pemerintah provinsi DKI Jakarta akhirnya memutuskan untuk menyalurkan dana APBD untuk kebutuhan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan seluruh pemulung di Bantar Gebang. Penyaluran BPJS keduanya untuk seluruh pemulung dan pekerja di TPA Bantar Gebang ini dilakukan melalui Ikatan Pemulung Indonesia (IPI).

Salah satu penduduk asli Bantar Gebang bernama Dana, dirinya mengaku sangat menyayangkan bahwa warga asli kecamatan Bantar Gebang sendiri tidak pernah melakukan pengelolaan sampah. Pak Dana atau yang akrab disapa Bos Donor oleh warga kampung Bantar Gebang mengaku dari ketiga kelurahan yang ada di kecamatan Bantar Gebang sangat sedikit yang ikut mengelola sampah. Itu pun mereka lakukan karena tergabung dengan komunitas yang dibentuk oleh warga pendatang yang memiliki kepedulian akan lingkungan dan memperjuangkan pengelolaan sampah. Pak Dana juga menjelaskan bahwa justru warga pendatang baik dari wilayah Bekasi, Jakarta, bahkan Tangerang dan sekitarnyalah yang datang ke Bantar Gebang dan gencar mengajak masyarakat melakukan pengelolaan sampah.

Fakta lain yang dibeberkan Pak Dana adalah banyak warga pendatang yang memanfaatkan sampah di Bantar Gebang untuk dijadikan sebagai media pengeruk uang justru membuat ekonomi mereka lebih baik dari warga asli Bantar Gebang itu sendiri. Warga asli Bantar Gebang memilih untuk hidup di luar Bantar Gebang dan jauh dari sampah seperti pekerja kantor, buruh pabrik, dan berbagai profesi lainnya. Fakta inilah yang ternyata sangat salah selama ini dinilai oleh kebanyakan masyarakat.

Pak Nandi, salah satu pemulung yang sudah bekerja di Bantar Gebang hampir 30 tahun juga menceritakan kisahnya selama ini. Faktanya selama dirinya menjadi pemulung sejak usia 6 tahun, hingga saat ini telah memiliki keluarga. Pak Nandi yang akrab disapa Gondrong ini hidup dengan sangat berkecukupan bahkan dapat membiayai keluarga tanpa meminta belas kasihan atau sumbangan orang lain.

Dibalik hal positif yang selama ini ternyata bisa didapatkan oleh pemulung Bantar Gebang, tetap ada kisah miris yang diceritakan Pak Nandi. Salah satunya adalah saat mencari nafkah di tengah tumpukan sampah, untuk mengejar pemasukan yang cukup besar, banyak pemulung mengabaikan waktu istirahat dan makan siang. Bahkan untuk menekan pengeluaran mereka terkadang memutuskan untuk tidak makan siang dan melanjutkan bekerja memungut sampah yang bisa dijual. Hal mengejutkan juga terungkap bahwa jika seorang pemulung menemukan makanan sisa di tumpukan sampah, mereka tidak akan ragu untuk memakan makanan tersebut.

Salah satu cerita lucu yang diceritakan Pak Nandi, saat dirinya menemukan makanan sisa ayam dari salah satu restoran cepat saji. Walaupun tinggal tulang tanpa daging, Pak Nandi tetap mengambil dan membawanya pulang. Sesampainya di rumah, oleh keluarganya sisa makanan tersebut diolah kembali dengan digoreng sebelum akhirnya kembali disajikan untuk disantap bersama keluarga. Intinya jika seorang pemulung menemukan makanan sisa di tumpukan sampah, jika menurutnya masih bisa dimakan, mereka akan langsung memakannya atau dibawa pulang. Jika menurut mereka masih bisa diolah sebelum kembali disantap, mereka akan mengelola ulang makanan sisa tersebut.

Menurut Pak Nandi, ada banyak orang yang bilang Tuhan itu adil, itu adalah benar. Pemulung dan masyarakat di garis kemiskinan yang bahkan mengandalkan konsumsi mereka sehari-hari dari sampah, baik yang langsung dimakan maupun diolah kembali, tidak pernah merasakan sakit apapun. Pengakuan lain datang dari seorang pemilik warung di tengah tumpukan sampah Bantar Gebang, bernama Rohimah. Rohimah mengaku dirinya sudah tinggal di Bantar Gebang sejak usianya 10 tahun. Keluarga Rohimah sendiri hidup dari tumpukan sampah Bantar Gebang. Mulai dari ayahnya yang merupakan seorang pengumpul sampah, hingga adik dari Rohimah yang menjadi supir mobil pengeruk dan pengangkut sampah.

Rohimah mengaku dirinya lebih suka membuka usaha di tengah tumpukan sampah Bantar Gebang karena tidak adanya izin dan kewajiban bayar sewa. Salah satu kendala yang sering ditemuinya hanyalah warungnya wajib dibongkar sementara dan tidak bisa berdagang ketika ada kunjungan dari dinas pemerintah provinsi DKI Jakarta atau pun tokoh masyarakat terpandang lain datang melakukan pengecekan keseluruhan tempat pembuangan akhir (TPA) ini. Warung yang didirikan Rohimah sendiri buka selama 24 Jam. Hal ini dilakukannya mengingat pemulung selalu ada untuk 24 Jam penuh bekerja. Selain itu dirinya mengaku tidak begitu khawatir dengan adanya ancaman longsoran sampah yang marak terjadi serta sulitnya membawa barang dagangan ke lokasi warung.

Penghasilan rata-rata dalam sehari yang bisa Rohimah dapatkan adalah berkisar antara 700,000 hingga 1,3 juta rupiah dalam semalam. Rohimah sendiri menceritakan bahwa dirinya pernah bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri seperti Taiwan dan Malaysia sebelum membuka warung saat ini. Menurut Rohimah, dirinya merasa penghasilannya dengan warung di Bantar Gebang ini lebih tinggi dibandingkan saat dirinya pernah menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri. Apalagi jika separuh pendapatan bisa disisihkan untuk ditabung selagi separuhnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari serta dijadikan modal berdagang. Bahkan Rohimah mengaku, penghasilannya selama ini membuka warung, telah berhasil membuat dirinya membeli dan membangun sebuah rumah. Walaupun tidak besar dan sangat terbatas, namun hal itu sangat disyukuri dirinya karena telah memiliki aset dibandingkan masih sewa.

Rohimah juga berpendapat bahwa framing dari media yang beredar di masyarakat tentang betapa sedihnya kehidupan warga sekitar Bantar Gebang, terlalu berlebihan. Selain dirinya, masih banyak warga sekitar Bantar Gebang yang sebenarnya sukses dan hidup nyaman berkecukupan bahkan lebih dari hasil menjadi pemulung, pengumpul sampah, maupun jual beli sampah dan berbagai pekerjaan lain di sekitar Bantar Gebang. Walaupun memang sebenarnya ada beberapa masyarakat yang masih hidup dalam taraf kemiskinan, namun tetap tidak separah apa yang diberitakan.

Salah satu isu yang akhir-akhir ini menyebar adalah bahwa DKI Jakarta akan memiliki TPA tersendiri dan terpisah dari Bantar Gebang. Hal ini dilakukan mengingat DKI Jakarta juga akan memiliki TPA dengan sistem pengelolaan sampah yang sudah mumpuni dengan teknologi yang memadai. Isu ini faktanya membuat sebagian besar masyarakat Bantar Gebang yang hidupnya bergantung pada sampah, merasa sedih dan takut akan kehilangan mata pencarian mereka.

Selain itu pengurangan sampah plastik yang sudah lama diterapkan di Indonesia, nyatanya juga membuat sebagian besar pemulung Bantar Gebang merasakan kehilangan banyak penghasilannya. Sebelumnya saat banyaknya sampah plastik, pemasukan mereka cukup besar karena banyak plastik yang dapat dikumpulkan dan dijual. Saat ini penurunan yang cukup signifikan dari sampah plastik berbanding lurus dengan penurunan pemasukan mereka. Tentunya menjadikan seluruh pemulung untuk memutar otak dan berebut sampah jenis lain untuk tetap bisa menjadi alat pencari nafkah mereka.

Bagi Pak Dana, jika memang terjadi Bantar Gebang akan kehilangan pasokan sampah utama dari ibukota, maka Pak Dana akan tetap menekuni dunia sampah tersebut dan ikut mengejar di mana pun pusat sampah tersebut berada. Fakta yang kembali dibeberkan Pak Dana sebagai salah satu pengumpul sampah terbesar di Bantar Gebang adalah tidak ada hubungan apapun baik dirinya, maupun pengempul sampah lain, beserta pemulung dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta maupun dinas setempat.

Selain dengan pemprov DKI Jakarta dan dinas, Pak Dana juga menjelaskan bahwa dirinya serta pengumpul sampah di Bantar Gebang juga tidak ada hubungan dengan organisasi besar atau perusahaan yang sudah memiliki perusahaan atau bisnis sampah di sekitar Bantar Gebang. Masing-masing dari usaha Pak Dana dan perusahaan tersebut berjalan masing-masing. Satu-satunya kerja sama yang mereka jalin sesama pengusaha sampah hanyalah untuk kepentingan keselamatan kerja bagi pemulung yang bekerja di bawah naungan mereka saja. (Angela Limawan)

Facebook
Twitter

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Yoyic Dairy Indonesia

Most Popular

Deretan Destinasi Incaran Wisatawan Berkonsep Alam dan Budaya di Papua, Simak Daftarnya

TELENEWS.ID - Berbicara seputar deretan tempat wisata unggulan sekaligus menjadi incaran semua wisatawan lokal sampai mancanegara pastinya memberi penawaran menarik.

Dianggap Berjasa, Layakkah Brigadir Yoshua Diangkat Sebagai Pahlawan?

TELENEWS.ID - Pengacara Brigadir Nopriansyah Yoshua Hutabarat, Kamaruddin Simanjuntak meminta Presiden Joko Widodo untuk mengangkat Brigadir Josua sebagai pahlawan pada peringatan HUT...

Sebelum Harga Mie Instan Naik 3 Kali Lipat, Yuk Cobain 5 Tips Makan Mie yang Sehat dan Bergizi

TELENEWS.ID - Harga mie instan dikabarkan akan mengalami kenaikan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut ada kemungkinan bahwa makanan cepat saji favorit...

Terbukti, Gigi Putih Bersih Bikin Kamu Terlihat Awet Muda dan Menarik di Mata Lawan Jenis

TELENEWS.ID - Gigi yang putih dan bersih memang menyenangkan untuk dilihat. Mereka yang memiliki gigi putih, bersih dan rapi menjadi penanda bahwa...