TELENEWS.ID – Nama motivator Julianto Eka Putra kembali jadi sorotan. Bukan karena prestasinya atau motivasi yang ia berikan, namun Julianto menjadi sorotan lantaran tuduhan pelecehan seksual pada anak di bawah umur yang dituduhkan padanya.
Melalui podcast miliknya, Deddy Corbuzier mendatangkan dua gadis belia yang menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh Julianto. Korban yang juga bersekolah di SMA Selamat Pagi Indonesia yang didirikan oleh Julianto, mengaku sang motivator mendekatinya dengan memunculkan figur seorang ayah mengingat korban sendiri sudah yatim sejak kecil.
“JE rangkul saya, dia bilang anggap dia seperti ayah sendiri. Saya yatim. Kemudian setelah itu, saya dipeluk, waktu dipeluk saya nggak merasa apa-apa, merasa seperti ayah sendiri, saya masih percaya,” katanya.
“(JE bilang) percaya sama kokoh, kokoh akan bantu angkat perekonomian kamu. Pelukan itu normal, kenapa harus cium pipi saya, kening, kemudian dia cium bibir saya. Saya kaget nggak bisa ngapa-ngapain, saya diem aja,” sambung korban.
Memunculkan figur keluarga yang terkesan hangat dan melindungi seperti yang dilakukan Julianto, menjadi salah satu trik yang kerap dilakukan oleh predator anak saat mencari mangsa.
Selain itu, predator adalah orang-orang yang dekat dan cukup dikenal oleh anak-anak dan orangtua mereka. “Faktanya, seringkali predator sebenarnya adalah orang yang Anda atau anak-anak Anda kenal, bukan orang asing. Hal ini dapat membuat situasi lebih sulit untuk di deteksi dan juga dapat menyebabkan korban untuk terus berhubungan dengan pelakunya,” kata psikoterapis Amerika, Dr. Karen Ruskin.
“Mereka tersembunyi di depan mata. Mereka bisa menjadi kakak, anggota keluarga, guru, tetangga, atau rekan kerja. Faktanya, 90 persen predator adalah seseorang yang memiliki hubungan dengan korban dan keluarga” tambahnya lagi.
Karena itulah tak ada salahnya orangtua untuk waspada dan mengenali beberapa trik yang sering digunakan predator untuk mencari korban.
- Suka memberi sesuatu
Seorang predator sering kali menawarkan sesuatu yang mungkin diinginkan korban. Target mungkin ditawari permen, boneka, atau mainan, Jika target mereka seorang remaja mungkin terpikat dengan makanan gratis, uang, atau perjalanan ke suatu tempat yang menarik. Terkadang predator akan mengambil barang berharga milik korban dan menawarkan untuk mengembalikannya hanya jika anak itu setuju dengan tuntutan pelaku. - Berpura-pura menawarkan bantuan
Selanjutnya mereka kemungkinan besar akan menargetkan anak tertentu yang terlihat membutuhkan bantuan dan memiliki kebutuhan “khusus”. Mereka akan menawarkan bantuan finansial misalnya pada anak yang kurang mampu, atau menawarkan peran seperti ayah/ibu pada anak-anak broken home. - Berusaha mengambil kepercayaan anak dan keluarga mereka
Mereka akan memberikan hadiah dan permen kepada anak. Secara tak lazim, mereka memiliki benda atau ada hal-hal di rumah mereka yang menarik anak-anak. Meski bukan orangtua, mereka akan menjadi orang yang akan maju paling depan untuk memenuhi kebutuhan anak yang belum terpenuhi. Ketika anak membutuhkan perhatian, mereka akan bersemangat untuk memberikannya. Selain itu sambil bekerja untuk mendapatkan kepercayaan anak, predator juga akan berusaha untuk dekat dan mendapatkan kepercayaan dari keluarga si anak. - Mulai berani menyentuh anak
Ketika predator telah mendapatkan akses dan kepercayaan, dia akan mulai berani menyentuh dan mulai menyusupi pikiran anak dengan sesuatu yang bersifat seksual. Mungkin mereka akan menceritakan lelucon kotor atau menunjukkan pornografi anak. Sentuhan-sentuhan yang tampaknya biasa, berubah menjadi pelukan, ciuman, dan akhirnya mereka mulai berani menyentuh alat kelamin anak. - Berusaha mengontrol korbannya
Akhirnya para predator ini akan mencoba menjebak mangsanya untuk mendapatkan kendali. Mereka akan memberi tahu anak untuk merahasiakan apa yang ia lakukan secara seksual dari keluarga/orangtua mereka. Bahkan tak jarang predator akan mulai memberikan ancaman fisik dan psikis untuk terus mengontrol korbannya. Anak akan merasa terjebak baik karena takut ketahuan atau merasa terikat pada predatornya.
Bahkan jika niat seseorang tidak berbahaya, para ahli menyarankan bahwa penting bagi orangtua untuk tetap waspada. Ada baiknya orangtua mulai mengenalkan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku yang tidak pantas yang bisa dilakukan orang dewasa, sehingga anak-anak dapat memahami dan aware pada kemungkinan adanya predator seksual di sekitar mereka. (Yuyun Amalia)