TELENEWS.ID – Monkeypox atau cacar monyet telah menjadi salah satu wabah yang kini diwaspadai oleh banyak negara di dunia ini, tak terkecuali Indonesia. Meskipun sejauh ini belum ada laporan mengenai adanya cacar monyet di negara ini, namun Kemenkes menyarankan kita untuk tetap waspada dan mengenali beberapa gejala dari cacar monyet ini.
Beberapa gejala cacar monyet yang patut diwaspadai di antaranya seperti demam, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri punggung, demam, kelelahan, masalah pernafasan, serta pembengkakan kelenjar getah bening. Namun baru-baru ini muncul kabar yang menyebut bahwa salah satu gejala cacar monyet lainnya adalah pembengkakan pada penis dan nyeri pada anus.
Benarkah begitu? Rupanya Pembengkakan penis dan nyeri dubur memang dilaporkan oleh beberapa orang yang terinfeksi cacar monyet selama wabah, dan menjadi gejala yang pada awalnya tidak terkait dengan infeksi virus cacar monyet ini.
Julia Bilinska seorang peneliti di Guy’s and St Thomas’ NHS Foundation Trust di London dan rekan-rekannya mengkarakterisasi gejala dari 197 orang. Mereka semuanya adalah laki-laki, yang di tes positif cacar monyet di pusat penyakit menular antara Mei dan Juli 2022.
Dari jumlah tersebut, 71 orang melaporkan nyeri dubur dan 31 orang melaporkan pembengkakan penis. Secara keseluruhan, 20 peserta dirawat di rumah sakit untuk manajemen gejala, di mana beberapa di antaranya mengeluhkan nyeri dubur dan pembengkakan penis.
Semua pasien memiliki beberapa bentuk lesi atau koreng pada kulit atau selaput lendir mereka, seperti yang melapisi mulut atau alat kelamin. Cacar monyet umumnya dikaitkan dengan ruam seperti cacar air yang meluas. yang berkembang menjadi lepuh berisi cairan yang akhirnya berkeropeng. Sembilan dari peserta juga mengalami pembengkakan amandel, yang juga menjadi gejala cacar monyet yang tidak biasa.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 21 Juli lalu, professor Chloe Orkin di Queen Mary’s University of London dan rekan-rekannya menemukan bahwa dari 528 infeksi cacar monyet yang didiagnosis antara April dan Juni di 16 negara, 54 orang menunjukkan gejala satu lesi atau lepuhan genital pada tubuh mereka.
“Ada kemungkinan bahwa lesi penis, anal dan oral terjadi di tempat kontak pertama dengan virus baik yang ditularkan secara seksual atau melalui kontak dekat,” katanya.
Menurut Bilinska, tidak jelas mengapa cacar monyet menyebabkan gejala baru pada beberapa orang. “Kondisi ini mungkin menunjukkan perubahan dalam perjalanan penyakit secara alami, atau mungkin karena cara penularannya,” katanya. “Namun adalah kondisi yang membutuhkan lebih banyak penelitian lagi” tambahnya.
Para peneliti juga menemukan bahwa hanya 26,5 persen dari peserta yang dilaporkan melakukan kontak dekat dengan seseorang dengan infeksi monkeypox. “Ini jelas meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang tidak menunjukkan gejala cacar monyet, tetapi masih dapat menularkannya,” kata Bilinska.
Selain dari 197 peserta, 70 di diagnosa HIV positif dan 56 di antaranya mengalami penyakit infeksi menular seksual. “Sangat mungkin bahwa memiliki dua infeksi pada saat yang sama membuat gejalanya lebih buruk,” kata Bilinska.
Sebelumnya WHO memperingatkan bahwa monkeypox atau cacar monyet terkonsentrasi pada kelompok gay dan biseksual. Menurut WHO, penyakit cacar monyet “menular ke manusia melalui kontak dekat dengan orang atau hewan yang terinfeksi, atau dengan bahan yang terkontaminasi virus”.
Meskipun tidak dinyatakan sebagai penyakit menular seksual, sebagian besar kasus telah dilaporkan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki. Karena itulah WHO memperingatkan: “Untuk pria yang berhubungan seks dengan pria, sebaiknya mengurangi jumlah pasangan seksual serta mempertimbangkan melakukan kontak seksual dengan pasangan baru”. (Yuyun Amalia)