TELENEWS.ID – Pengibaran bendera merah putih selalu dilakukan pada hari nasional atau saat peringatan momen penting. Tapi kenapa banyak rumah di Kebumen, Jawa Tengah, yang melakukan pengibaran bendera merah putih di depan rumahnya? Ternyata ini merupakan penanda bahwa penghuni rumah tersebut sedang menjalani isolasi mandiri atau isoman.
Hal ini dilakukan oleh warga Desa Jeruk Agung, Klirong, Kebumen, dimana warga desa tersebut kompak mengibarkan bendera merah putih di depan rumah saat ada yang menjalani isoman. Ini menjadi penanda yang mudah bagi orang lain untuk memberitahu bahwa sedang ada yang terpapar covid-19.
Kode ini diterjemahkan langsung oleh Kepala Kepolisian Resor Kebumen, AKBP Piter Yanottama, dimana membenarkan jika warga desa Jeruk Agung cukup banyak yang mengibarkan bendera merah putih, ini sebagai kode bahwa keluarga tersebut ada yang sedang menjalani isoman karena sudah terkonfirmasi terpapar covid-19.
“Informasi yang kami dapatkan dari Polsek Klirong, warga yang sedang menjalani isoman memasang bendera. Selain sebagai tanda sedang isoman, ini memiliki filosofi lain yaitu menyalakan kembali semangat nasionalisme dan bela NKRI, dimana semua kompak berkeinginan sama yaitu memutus penyebaran covid-19” ujar Kapolres yang dikutip dari pers rilis tertulis pada Kamis (07/06/2021).
Hal ini ternyata merupakan inisiatif warga dan pemerintah desa, dimana sebelumnya telah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro. Tanda berupa pengibaran bendera merah putih ini akan dipasang di tiang di depan rumah warga yang menjalani isoman, pengibaran bendera juga sama seperti saat 17 Agustus.
Bukan itu saja, Piter juga menjelaskan pemasangan ini juga memberikan tanda pada warga terutama warga sekitar jika ada tetangga yang sedang mengalami isoman, sehingga memberikan kepedulian lebih bukan dengan cara mengucilkan mereka.
Dimana warga desa Jeruk Agung sendiri memanfaatkan hal tersebut untuk saling memberikan semangat, berbagi makanan dan kebutuhan bagi yang sedang menjalani isoman. Ini langkah gotong royong yang bisa menumbuhkan rasa semangat agar cepat kembali pulih, buktinya banyak warga yang jadi lebih bersemangat dan menjalani isoman dengan nyaman.
Tidak lagi ada kekhawatiran jika nantinya diketahui tetangga akan dikucilkan bahkan disingkirkan oleh masyarakat, ini jadi contoh yang baik. Dimana keterbukaan akan melahirkan apresiasi berupa kepedulian sesama.
Bukan hanya bagi warga yang menjalani isoman saja, warga lain yang aman menjadi lebih waspada sehingga terus menerapkan protokol kesehatan (prokes), ini langkah aman untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Bukan itu saja, Piter juga memberikan himbauan langsung pada warga yang sedang menjalani isoman untuk tetap berada di rumah terlebih dahulu, tunggu hingga kondisi lebih baik dan menjalankan tes kembali hingga dinyatakan negatif. Setelah negatif juga jangan bepergian terlebih dahulu, sebaiknya beraktivitas setelah kembali sehat dan normal kembali.
Ternyata langkah kecil ini memberikan semangat baru, pada awalnya terdapat 44 warga yang dinyatakan positif covid-19. Angka ini tidak mengalami peningkatan, pasalnya warga desa lainnya menjadi lebih waspada dan ini jadi langkah awal untuk memutus mata rantai covid-19. (Chairunisa)
