TELENEWS.ID – Berita seorang bocah SD di Tasikmalaya berinsial F yang mengalami depresi hingga meninggal dunia, membuat miris banyak orang. Sebelumnya almarhum sempat mengalami bullying dari teman sebayanya, di mana ia dipaksa menyetubuhi kucing kemudian direkam oleh para pelaku.
T ibu korban mengatakan pasca perundungan, putranya menjadi murung dan mogok makan serta minum. Puncaknya F mengeluh mengalami sakit tenggorokan dan kemudian dilarikan ke RSUD SMC Tasikmalaya. Namun sayang nyawa korban tidak tertolong.
“Seminggu sebelum meninggal, rekamannya itu menyebar. Dia pun di-bully teman-temannya makin menjadi. Anak saya jadi malu, tak mau makan minum. Bahkan melamun sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan,” kata T.
Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto membenarkan peristiwa perundungan yang terjadi pada F sehingga membuat korban mengalami depresi parah, kemudian meninggal dunia.
“Jadi ananda ini usianya 11 tahun kelas enam SD dia mengalami dugaan perundungan, sampai murung, depresi akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sepermainannya,” kata Ato Rinanto.
Terlepas dari perundungan kejam yang dialami oleh korban, depresi pada anak memang sering luput dari perhatian orangtua. Adalah normal bagi anak-anak untuk merasa sedih, bertingkah kesal, atau kadang-kadang dalam suasana hati yang buruk. Tetapi ketika suasana hati yang sedih atau buruk berlangsung selama berminggu-minggu atau lebih lama, dan ketika ada perubahan lain dalam perilaku anak, orang tua wajib untuk mulai waspada.
Di masa lalu, anak-anak dianggap terlalu muda untuk mengalami depresi. Kita sekarang tahu bahwa mereka mengalaminya, meskipun mereka mungkin mengalaminya secara berbeda dari orang dewasa.
Penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memahami faktor risiko depresi pada anak, yang dapat mencakup kecemasan, riwayat keluarga dengan gangguan mental, perubahan hormonal pada masa pubertas, dan stresor kehidupan.
“Kecemasan kronis adalah salah satu faktor risiko paling umum yang kita lihat untuk depresi pada anak-anak,” jelas Alice Ann Holland, Ph.D., ABPP, Direktur Riset Layanan Neuropsikologi di Kesehatan Anak dan Asisten Profesor di UT Southwestern.
“Kondisi ini adalah kecemasan yang belum di diagnosis atau diobati dengan benar selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, yang melelahkan anak-anak secara emosional dari waktu ke waktu” lanjutnya
Faktor risiko depresi masa kanak-kanak dapat mencakup stresor kehidupan seperti:
• Pindah ke sekolah baru
• Konflik di rumah
• Bullying baik secara langsung atau di media sosial
• Mengalami masalah kesehatan
• Perpisahan atau perceraian orang tua
• Mulai sekolah
Gejala depresi pada anak bervariasi. Kondisi ini sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati, karena gejalanya dianggap sebagai perubahan emosional dan psikologis yang normal.
Jika seorang anak mengalami depresi, orang tua wajib mewaspadai beberapa dari tanda-tanda ini:
- Suasana hati yang sedih atau buruk. Seorang anak mungkin tampak sedih, kesepian, tidak bahagia, atau kesal. Itu bisa berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
- Anak jadi lebih mudah menangis. Mereka mungkin lebih sering mengamuk daripada sebelumnya.
- Menjadi kritis terhadap diri sendiri. Anak-anak yang mengalami depresi mungkin banyak mengeluh. Mereka mungkin mengatakan hal-hal yang mengkritik diri sendiri seperti, “aku tidak bisa melakukan apa pun dengan benar.” “Aku tidak punya teman.” “Aku tidak bisa melakukan ini” dan sebagainya
- Kurang tenaga dan usaha. Depresi dapat menguras energi anak. Mereka mungkin malas ke sekolah daripada sebelumnya. Bahkan melakukan tugas-tugas kecil bisa terasa seperti terlalu menyusahkan bagi mereka.
- Tidak menikmati sesuatu. Anak-anak tidak lagi bersenang-senang dengan teman atau bermain seperti sebelumnya. Mereka mungkin tidak ingin melakukan hal-hal yang dulu mereka sukai.
- Perubahan pola makan dan tidur. Anak-anak mungkin tidak tidur nyenyak atau tampak lelah meskipun mereka cukup tidur. Beberapa mungkin mogok makan, namun ada juga anak yang mungkin makan berlebihan daripada sebelumnya.
- Sakit dan nyeri. Beberapa anak mungkin mengalami sakit perut atau sakit lainnya.
Itulah beberapa tanda anak mengalami depresi, yang sebaiknya diwaspadai dan dicermati oleh orangtua. (Yuyun Amalia)