TELENEWS. id. BANDUNG-Denndam sejarah Cina terhadap Nusantara bermula pada tahun 1286 an saat utusan Khubilai khan (Raja dinasti Yuan) dipotong kupingnya oleh Kertanegara, karena ingin menguasai Singosari. Beberapa tahun kemudian (1293) seratus ribu tentara Cina datang lagi ke Jawa lewat Tuban, sayang Kertanegara sudah wafat.
Akhirnya tentara Cina tsb dimanfaatkan oleh Rd Wijaya utk menyerang kerajaan Kediri yg direbut oleh Jayakatwang dan selanjutnya pasukan cina tsb dihabisi oleh pasukan Rd Wijaya (cikal bakal kerajaan Majapahit). Bbrp orang sisa pasukan disuruh balik lagi ke Cina setelah dipotong lagi kupingnya (Buku Dendam Sejarah yg disusun oleh 2 Pati dan 1 pamen purn & Wikipedia)
Pembantaian etnis Tionghoa juga terjadi pada masa Perang Jawa (1825-1830). Kerusuhan di Solo pada 1912 dan di Kudus pada 1918. Di Tangerang pada Mei-Juli 1946, Bagan Siapi-api pada September 1946, dan Palembang pada Januari 1947.
Waktu jaman perjuangan kemerdekaan etnis cina yg tergabung dalam Poh An Tui berpihak membela Belanda.
Tragedi berikutnya terjadi pada saat 1965. Cina yang menjadi negara komunis besar saat itu dianggap punya peran dalam Gerakan 30 September 1965 (G30S). Kemudian berlanjut di tahun 1998 akibat dari kesenjangan ekonomi. Waktu pilpres 2019 mrk bersatu membela capres pro cina.
Saat ini etnis cina unggul dibidang ekonomi dan mulai merambah ke bidang politik. Di pemerintahan kaum pribumi hanya menjadi birokrat, yg itupun menjadi semu karena simpul-simpul penting birokrasi itu, pada hakikatnya, “dikuasai* cina juga.
Mereka menyiapkan skenario penguasaan jangka panjang tak berbatas waktu. Mereka tidak terlena dengan dominasi atas segala bidang kehidupan itu. Mereka tidak hanyut dengan akumulasi kekayaan yang mereka kuasai. Mereka sangat sadar bahwa penguasaan itu harus berlanjut dari generasi ke generasi. untuk estafet penguasaan di segala bidang itu.
Skrg Cina hampir menguasai Nusantara, dendamnya utk menguasai Nusantara hampir tercapai, dibantu oleh aparat pribumi yg bersedia disuap dan tega menjual negaranya sendiri.
Kaum Pribumi pelan2 tergeser ke pinggiran, trus jadi kuli di negeri sendiri dan semakin tak berdaya.
Mereka dan 9 naga dan naga2 kecil lainnya adalah tipikal cina yg haus kekuasaan, didukung etnis cina merasa menjadi pemilik negeri ini. Hal ini sangat beralasan karena mereka sudah membayar mahal para aparat dan pejabat di negeri ini utk membuat peraturan2 shg mereka merasa punya hak mengatur negeri ini sesuai kehendaknya. Judi, narkoba, maksiat, suap sengaja dibuat utk membuat lemah generasi muda kita.
Saat ini etnis cina tipikal ini sangat dilindungi oleh para pejabat termasuk pimpinan negara. Cina ini membuat miskin bangsa Indonesia, kekayaan hasil di Indonesia, mrk di simpan di luar negeri. Mrk menganggap RI ini adalah negara singgahan semata.
Cina2 ini lupa bahwa di RI banyak para ulama, santri dan nasionalis sejati yg gak bisa dibeli, dibujuk ataupun ditekan
Cina tipikal diatas harus diusir kembali spt abad ke 13.
Etnis cina yg sudah berbaur dan yg hanya berdagang, sebagai profesional serta menjadi pekerja ini tidak boleh diganggu, karena mrk termasuk aset RI.
Sangat mudah membedakan cina yg berniat jahat dan tidak. Lihat saja karakternya, pejabat korup yg menjadi sahabatnya serta ambisi di bidang politik dan ekonomi serta perdagangan ilegal.
Alangkah baiknya jika setiap individu, kelompok, ormas, aparat mulai mencatat etnis cina yg diduga berniat jahat, termasuk oknum pribumi yg menjadi penghianat bangsa yg memberi jalan bagi mrk utk menguasai negeri kita ini. Siapa saja oknum yg menjadi antek Cina sudah terlihat jelas, jangan sampai salah.
Sebagai penutup…agar kiranya segenap Pribumi menyadari benar ttg situasi NKRI saat ini yg sudah diujung tanduk dikuasai cina melalui peraturan pemerintah, per UU an dan “keberpihakan” aparat yg sudah mereka beli melalui kekuatan duitnya dan didukung penuh oleh RRC…..
Musuh pribumi jelas sekali tampak di depan mata, siapa lagi yg dapat mengubah nasib kaum pribumi kalau bukan pribumi itu sendiri.
Penulis : Memet Hakim & Yayat Sudradjat, Pengamat Politik