TELENEWS.ID- Jingle bells, jingle bells Jingle all the way Oh, what fun it is to ride In a one-horse open sleigh, hey.
Penggalan lirik ini menjadi penanda kemeriahan dan suka cita umat Kristiani dalam menyambut Hari Raya Natal. Dengan mudahnya selalu kita dengar penggalan lirik dari lagu ‘Jingle Bells’ di berbagai macam media maupun tempat. Saat mendengar lagu ini, ada pula orang yang ikut bernyanyi dengan riang.
Tapi, tahukah Anda apa sih cerita di balik lagu ‘Jingle Bells’?
Lagu ‘Jingle Bells’ ini ditulis James Lord Pierpont pada tahun 1822-1893. Awal mula lagu ini berjudul ‘One Horse Open Sleigh’ yang diterbitkan pada musim gugur tahun 1857.
Lagu ini sebenarnya diciptakan untuk dinyanyikan di Hari Pengucapan Syukur di Amerika Serikat. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu. Lagu ‘One Horse Open Sleigh’ ini menjadi lagu menyambut Hari Raya Natal.
Sementara, ada beberapa catatan sejarah memberitakan kalau lagu ‘Jingle Bells’ ini pertama kalinya dibawakan untuk kebaktian Thanksgiving di gereja ayah atau saudara laki-laki Pierpont.
Berdasarkan berbagai sumber yang didapat, Lagu ‘Jingle Bells’ lahir di dekat Sungai Mystic, Medford, Massachusetts.
Profesor sastra Universitas Boston, sekaligus Wakil Presiden Medford Historical Society yakni Kyna Hamill menceritakan asal muasal lagu ‘Jingle Bells’ tersebut.
Seperti dalam penggalan lirik ‘one-horse open sleigh’. Jika diterjemahkan yakni ‘kereta terbuka yang ditarik satu kuda’. Hamill menerangkan, Pierpont banyak melakukan aktivitasnya di Medford.
Medford dahulunya merupakan rumah bagi pacuan kuda yang selalu diadakan di sepanjang jalan Salem Street.
Sepanjang jalan itulah menjadi kawasan yang terpopuler pada masanya. Hal tersebut dipercayai Hamill, jika Pierpont mendapatkan inspirasi dari terciptanya lagu ‘Jingle Bells’.
Menurut Hamill, Pierpont merupakan pria tidak bertanggung jawab. Alasan tersebut dikemukakan Hamill karena ia bukan lelaki yang selalu ada untuk keluarganya.
Ia selalu pergi setiap waktu dan meninggalkan istrinya serta keluarganya.
Kembali kepada lagu ‘Jingle Bells’ sendiri. Lagu tersebut sebenarnya bukan ditujukan untuk Natal. Justru, lebih dikisahkan untuk minum-minum.
Wajar saja, jika banyak aktivitas yang dilakukan Pierpont di Medford. Pasalnya, selain tempat pacuan kereta kuda. Medford merupakan tempat pembuatan minuman keras.
Hamill menjelaskan, banyak kata dari lagu ‘Jingle Bells’ yang terkait menggambarkan jelas kereta kuda. Tidak hanya itu, kegiatan pacuan tersebut diiringi dengan mabuk-mabukan serta berjudi.
Di bait dari versi kedua lagu ‘Jingle Bells’, Hamill memaparkan fakta lainnya. Ia berpandangan bahwa Pierpont ingin melepas bayang-bayang ayahnya melalui lirik lagu tersebut.
Pierpont ingin kehidupan peribadinya berbeda dari sang ayah. Ia hanya ingin bersenang-senang selama hidupnya.
Lalu, bagaimana lagu ‘Jingle Bells’ bisa diperuntukan untuk lagu Natal?
Di balik itu, Hamill menegaskan, ada orang-orang yang mempunyai teori konspirasi tentang lagu ini. Konspirasi yang dimaksud Hamill berada di Savannah. Daerah tersebut merupakan kota tua di negara Georgia.
Masyarakat setempat di Savannah percaya kalau orang-orang Medford mencuri lagu ‘Jingle Bells’ tersebut.
Berdasarkan versi masyarakat di sana, setelah istri pertama Pierpont meninggal, ia pindah ke Savannah. Ia menikah dengan anak perempuan Wali Kota Thomas Purse yakni Eliza Jane Purse.
Dari situ, Pierpont mendedikasikan hidupnya menjadi pastor di sebuah gereja. Sekaligus menjadi pengarah musik.
Dalam perayaan Thanksgiving, Pierpont dipercaya untuk memimpin jamaah gereja. Dan saat itu, ia membawakan lagu ‘Jingle Bells’ dengan meriah.
Usai membawakan lagu tersebut, tidak sedikit orang-orang yang menyukainya. Sehingga ia membawakan kembali sebulan kemudian, tepat saat perayaan Natal. Sejak saat itulah lagu ‘Jingle Bells’ menjadi lagu Natal. (Dion)
