TELENEWS.ID – Penyelesaian pembangunan Masjid Agung Bogor sedikit demi sedikit kembali dilanjutkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Menurut Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bogor, proyek yang terletak di Jalan Dewi Sartika, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor tersebut mulai ditender pada awal Mei lalu.
Henny Nurliani selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) pada Sekretariat Daerah (Setda) Kota Bogor mengungkapkan ada empat perusahaan yang siap bersaing untuk menjadi pengelola utama proyek tersebut. Empat perusahaan tersebut pun telah memasukkan penawaran.
“Empat perusahaan telah memasukkan penawaran harga dan juga sudah memberikan jaminan penawaran. Penawaran sudah dibukan sejak 21 Mei lalu,” ujar Henny.
Kemudian Henny menuturkan tender tersebut sudah memasuki tahap teknis, kualifikasi, administrasi, evaluasi dan harga penawaran. Tak ayal, pemenang tender sudah akan didapat pada tanggal 31 Mei mendatang.
Henny melanjutkan bahwa hal tersebut sedang dalam masa evaluasi. Ia pun berharap bahwa evaluasi tersebut lancar dan tidak ada hambatan. Pemenang tender pun bisa segera diketahui dan sesuai jadwal.
Data yang tercantum di LPSE kota Bogor menunjukkan, empat perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan proyek pembangunan lanjutan Masjid Agung Bogor adalah PT Debitindo Jaya, PT Gelora Megah Sejahtera, PT Mandiri Tri Bintang dan PT Hana Huberta. Penawaran yang sudah masuk berada di kisaran Rp30 Miliar hingga Rp31,5 Miliar.
Dedie A. Rachim yang menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bogor menjelaskan bahwa tender yang telah berlangsung untuk melanjutkan proyek pembangunan Masjid Agung tersebut adalah tender pengawas dan pelaksana. Pembangunan ditargetkan sudah harus mulai pada awal Juli mendatang.
Dedie mengungkapkan lanjutan proyek Masjid Agung Bogor pada tahun ini memerlukan anggaran sebesar Rp32 Miliar. Dana tersebut pun hanya difokuskan untuk pembangunan konstruksi atap.
Sebelum menjadi Wakil Wali Kota Bogor, Dedie sempat mempertanyakan beberapa masalah yang mungkin akan dihadapi oleh Pemkot Bogor dalam melanjutkan proyek Masjid Agung Bogor ini. sebagai informasi, kala itu terjadi perubahan konstruksi yang membuat desain dan teknis berubah sehingga tidak bisa dilanjutkan.
Tak ayal, Dedie melanjutkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) diminta turun tangan oleh Pemkot Bogor dalam memberikan solusi perihal perubahan konstruksi pembangunan Masjid Agung. Oleh karena itu proyek ini menjadi prioritas utama dalam hal menangani konstruksi.
Komite keselamatan konstruksi pun ditunjuk agar penghitungan ulang bisa segera keluar. Dalam kurun enam hingga delapan bulan, rekomendasi pun akhirnya keluar perihal badan konstruksi lama yang tidak boleh menopang atap masjid.
“Kita harus memperhatikan hal ini. Jika bertumpu pada konstruksi lama, terlalu riskan jika terjadi gempa bumi karena tidak terlalu kuat dan akan bahaya. Kekuatan konstruksi masjid harus 1,5 hingga 2 kali lipat. Itulah mengapa harus dihitung ulang,” tutupnya.(Neidi)
