TELENEWS.ID – Indonesia melalui Kementerian Pertahanan menyepakati pembelian pesawat tempur Dassault Rafale dan juga F-15 Eagle untuk memperkuat alutsista Republik Indonesia. Belanja pesawat ini memakan anggaran dengan nilai mencapai US$ 14 Miliar atau senilai Rp. 200 Triliun jika dikonversikan ke dalam rupiah jika mengikuti kurs saat ini. Dikutip dari AFP, pembelian ini juga termasuk peralatan militer lainnya. Isu pembelian pesawat ini memang sudah diberitakan sejak tahun 2021 yang lalu, yang sempat alot dalam hal negosiasi.
Amerika Serikat memutuskan untuk menjual pesawat tempur canggih tersebut ke beberapa negara yang ada di kawasan Asia Pasifik, menyusul ketegangan antara China dan juga Amerika Serikat di kawasan Pasifik baru-baru ini. Namun, Pentagon membantah hal tersebut dengan berdalih bahwa rencana pembelian pesawat ini memang sudah dibicarakan sejak lama dengan Indonesia.
Sementara itu, untuk Dassault Rafale asal Perancis, Prabowo mengatakan bahwa saat ini tinggal mengaktifkan kontraknya saja. Hal tersebut dikemukakan olehnya ketika memimpin Rapat Pimpinan Kementerian Tahun 2022 di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.
Pembelian alutsista, khususnya untuk pesawat tempur merupakan langkah yang tepat untuk meremajakan alutsista yang dimiliki saat ini. Akan tetapi, melihat anggaran yang super fantastis ini, mekanisme pinjaman luar negeri pasti akan diterapkan Kementerian Pertahanan yang sebelumnya harus disetujui terlebih dahulu oleh Bappenas dan Kementerian Keuangan RI.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat sudah menyetujui proposal pembelian pesawat F-15 dengan perlengkapan pendukungnya. Dalam proposal tersebut, disebutkan nilainya mencapai US$ 14 Miliar. Paket tersebut sudah termasuk amunisi, mesin, dan juga sistem komunikasi yang akan menunjang kinerja dari jet tempur canggih produksi Boeing tersebut.
Jika Kementerian Pertahanan memiliki program jangka panjang untuk meremajakan alutsista, peremajaan untuk kapal fregat dan juga kapal selam juga harus segera direalisasikan. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang sudah seharusnya memiliki alutsista yang mumpuni dalam pertahanan di laut. Jangan sampai insiden KRI Nanggala 402 kembali terulang karena terhambatnya proses peremajaan alutsista di wilayah laut. (Latief)