TELENEWS.ID – Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia sebenarnya memiliki lahan yang luas karena banyaknya pulau yang dimiliki. Namun pertambahan penduduk di Indonesia dan kepadatan penduduk yang tidak merata di sejumlah daerah menjadikan beberapa daerah sudah mengalami keterbatasan lahan untuk tempat tinggal. Angka urbanisasi dan transmigrasi di Indonesia yang tinggi menyebabkan penduduk tersebut memutuskan tinggal dan menetap di kota baru.
Salah satu solusi yang bisa ditiru Indonesia untuk mengatasi keterbatasan lahan ini adalah membuat kota terapung. Indonesia juga menjadi negara maritim terbesar di dunia dengan negaranya yang sebagian besar merupakan lautan. Bahkan lautan yang mengapit Indonesia merupakan lautan tersubur di dunia sehingga kekayaan laut Indonesia tidak mampu ditandingi negara manapun. Sebenarnya DKI Jakarta sudah pernah memulai membangun kota terapung sejak era gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahya Purnama atau Ahok. Namun sampai saat ini belum ada kejelasan lebih lanjut bagaimana penyelesaian proyek yang sudah terlanjut memakan APBD ibukota tersebut.
Sebenarnya Indonesia juga sudah memiliki beberapa kota terapung yang salah satunya yaitu di Pulau Sendanau, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah kabupaten Natuna bersama masyarakat membangun beberapa rumah penduduk di atas lautan, walaupun area yang menjadi landasan tidak terlalu luas. Wilayah ini akhirnya disebut sebagai Perkampungan Terapung karena 95% warga kabupaten Natuna tinggal di rumah yang berada di atas laut.
Selain di Pulau Sendanau, kota terapung lain yang sudah berdiri lama di Indonesia terletak di Pulau Bunguran Besar yang dinamakan Kampung Penagi. Kampung ini akhirnya menjadi pusat perekonomian dan daya tarik wisatawan.
Sekelompok mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sudah mulai memikirkan untuk pengembangan konsep kota terapung ini agar bisa dilaksanakan kelak secara masif dan menjadi solusi bagi pemerintah serta masyarakat Indonesia. Adapun mahasiswa tersebut antara lain Puput Wiyono, Rigan Satria Asmara Putra, dan Titis Wahyu Pratiwi. Konsep kota terapung yang mereka buat sudah dipublikasikan dalam bentuk karya ilmiah dengan nama Surabaya Frishapp.
Selain itu menurut mahasiswa ini dalam karya ilmiahnya reklamasi di teluk Jakarta yang sudah pernah dilakukan bukanlah solusi yang baik dan tidak sama dengan pembangunan kota terapung. Reklamasi merupakan suatu cara mendirikan sebuah kawasan daratan dari lautan atau sungai dengan cara mengeringkan kawasan basah tersebut. Selain itu konsep pengeringan lahan yang dilakukan juga akan merusak habitat bawah laut.
Sedangkan kota terapung yang seharusnya adalah kota yang memang di desain dengan konsep Floating Ring Shaped Plate. Kota terapung memiliki konsep berbeda dan ramah lingkungan. Konsep Top Rise dengan baja sebagai konstruksi untuk mempertahankan kota jika terjadi pasang atau surutnya air. (Angela Limawan)
