TELENEWS.ID – Beberapa hari ini media diramaikan dengan kabar kekerasan seksual yang viral di media sosial. Salah satunya yang cukup menyita perhatian adalah kasus mahasiswi cantik Novi Widyasari yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, setelah mengalami kekerasan seksual dari kekasihnya sendiri.
Novi bertindak nekat mengakhiri hidupnya sendiri karena merasa tak mendapat dukungan saat curhat mengenai kekerasan seksual yang dilakukan oleh kekasihnya. Bukannya dukungan Novi malah disudutkan dan dipaksa untuk mengaborsi janin yang tengah ia kandung.
Tak kuat dengan tekanan yang diterimanya dari banyak pihak dan merasa sendiri menghadapi masalah yang dialaminya, mahasiswi cantik ini akhirnya memutuskan untuk merenggut nyawanya sendiri.
Peristiwa menyedihkan yang dialami Novi ini seharusnya tidak terjadi jika ia memiliki support system yang baik. Apalagi yang namanya kekerasan seksual baik yang dilakukan oleh orang terdekat maupun orang asing merupakan peristiwa yang menakutkan dan menimbulkan efek traumatis berkepanjangan pada korbannya.
Masalah kesehatan mental juga lebih umum di antara korban kekerasan seksual, termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, kecemasan, penyalahgunaan obat terlarang, perasaan malu dan bersalah yang berlebihan, masalah seksual, dan lain-lain. Jika dibiarkan dan tak mendapat penanganan serius, korban bisa bertindak nekat dengan menyakiti diri mereka sendiri.
Kalau kamu bukanlah korban kekerasan seksual, memang agak sedikit sulit memahami perasaan para korban meski kamu sangat bersimpati pada mereka. Karena itulah kamu bisa memberikan dukungan atau support pada korban kekerasan seksual dengan beberapa cara berikut ini:
- Jangan paksa mereka bercerita
Meyakinkan teman atau organ terdekatmu yang menjadi korban kekerasan seksual kalau mereka tak sendirian sangat penting untuk dilakukan. Tapi Jangan paksa korban untuk berbicara atau menceritakan kisahnya kepadamu. Cukup beri tahu mereka bahwa kamu terbuka dan bersedia untuk mendengarkan apa pun yang ingin mereka ceritakan. - Tahan emosimu
Namun saat mereka bicara, usahakan untuk tak menunjukkan emosi berlebihan terutama amarah meskipun yang menjadi korban adalah orang terdekatmu sendiri. Menurut psikoterapis, penulis dan pengacara korban kekerasan seksual; Beverly Engel, menunjukkan emosi berlebihan akan membuat korban takut untuk mengekspresikan perasaan mereka. Ini karena tugasmu hanya mendengarkan bukan berusaha memperbaiki atau menghilangkan kesakitan mereka. - Tegaskan ini bukan salah mereka.
Korban dapat menyalahkan diri sendiri, terutama jika mereka mengenal pelaku secara pribadi. Ingatkan korban berulang kali bahwa ini bukan kesalahan mereka, sehingga mereka tak lagi menyalahkan diri sendiri. - Perluas pengetahuanmu.
Untuk memahami perasaan si korban, ada baiknya untuk memperluas pengetahuan mengenai kekerasan seksual. Dengan pengetahuan yang cukup, kamu bisa menjadi partner terbaik untuk pemulihan korban pasca mengalami trauma. - Minta izin sebelum melakukan kontak fisik.
Adalah hal yang wajar jika kita ingin memeluk korban kekerasan seksual karena rasa simpati dan kasihan yang kita rasakan. Tapi ingatlah bahwa tak semua korban ingin disentuh. Banyak korban yang yang mengalami trauma akibat sentuhan dari orang lain. Karena itulah minta izin mereka sebelum melakukan kontak fisik seperti memeluk atau memegang tangan mereka. - Apresiasi keberanian mereka.
Perlu keberanian besar bagi korban kekerasan seksual untuk menceritakan mengenai trauma dan rasa sakit yang mereka alami. Rasa malu, takut dan khawatir membuat mereka butuh keberanian besar untuk menceritakan kekerasan yang mereka alami. Karena itulah jangan lupa untuk mengapresiasi keberanian mereka untuk speak up dan bicara padamu. - Sering-sering cek kondisi mereka
Meskipun sudah lama terjadi, namun trauma korban kekerasan seksual masih akan mengalami trauma dalam waktu yang lama. Bahkan mungkin ada yang tampak normal namun mental mereka belum pulih betul. Karena itulah jangan lupa untuk sering-sering mengecek kondisi mereka. Pastikan mereka tidak sering melamun dan berdiam diri, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan pikiran negatif.
Support system yang kuat, tidak menghakimi dan dan memberikan support yang besar, sangat dibutuhkan oleh para penyintas kekerasan seksual di masa terberat dalam hidup mereka. (Yuyun Amalia)