TELENEWS.ID – Pandemi bukan hanya menghantam sektor kesehatan dan perekonomian, namun ada dampak buruk jangka panjang dalam dunia pendidikan. Penerapan ‘Sekolah Daring’ secara mendadak memberikan efek shock teraphy yang cukup besar, terlebih lagi bagi masyarakat daerah.
Hal ini terungkap dari data Dinas Pendidikan Blora yang memperlihatkan terdapat 179 siswa di tingkat SD dan SMP yang harus putus sekolah, jumlah ini hanya terjadi di saat sekolah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi.
“Data terakhir ada 179 siswa yang putus sekolah di masa pandemik ini. Terdiri dari siswa SD dan SMP” ujar Endang Rumiyati selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Blora pada Selasa (18/05/2021)
Endang bahkan menambahkan penyebab mengapa siswa SD dan SMP ini harus putus sekolah, alih-alih karena kondisi keuangan keluarga atau tidak adanya fasilitas untuk mengikuti PJJ. Para siswa ini malahan membantu orang tuanya dalam bekerja, hal ini bahkan diakui oleh para orang tua sendiri, dimana memang lebih menyuruh anak mereka untuk bekerja dibandingkan mengikuti PJJ.
Endang sendiri mengakui dalam pelaksanaan PJJ memang menemukan banyak kesulitan, salah satunya kurang kontrol terhadap anak-anak dalam mengikuti pembelajaran mandiri di rumah. Hal ini malahan dimanfaatkan para orang tua, anak bukannya diminta untuk belajar malahan lebih mengutamakan ekonomi keluarga dengan cara membantu orang tua bekerja.
Namun Ia menjelaskan, tidak semua anak putus sekolah di Blora memang disebabkan keteledoran orang tua, ada juga yang memang tidak mau sekolah, anak yang bandel, bahkan ada juga yang kini terjerumus pada pergaulan yang salah dan berakhir berada di jalanan.
Lantas apa saja usaha yang sudah dilakukan Dinas Pendidikan Blora untuk mengembalikan siswa putus sekolah untuk kembali mengenyam pendidikan? Endang mengatakan pihaknya ini tengah melakukan program mengembalikan kembali anak-anak untuk mengikuti pembelajaran mandiri.
Langkah yang ditempuh cukup beragam, mulai memberikan pengertian pada orang tua untuk tetap mendukung anak-anak kembali ke sekolah, memberikan edukasi hingga pemanggilan beberapa pihak pendukung. Bukan itu saja, pihaknya akan mendatangi satu per satu siswa yang masuk dalam daftar putus sekolah tersebut, demi memastikan mereka kembali mendapatkan wajib belajar yang sudah ditentukan pemerintah.
Hal ini guna mendukung pembelajaran tatap muka yang akan digelar serentak di Blora pada senin pekan depan (24/05/2021). Dimana pembelajaran tatap muka ini akan dilakukan mulai dari tingkat PAUD, TK, SD dan SMP.
Sekolah tatap muka ini memang sudah dinantikan banyak pihak, pasalnya kebanyakan siswa mengaku bosan dan tidak bersemangat jika belajar dari rumah. Namun pihaknya juga memberikan sosialisasi pada siswa dan orang tua, jika nantinya sekolah tatap muka ini tidak bisa kembali normal namun harus sesuai protokol kesehatan (prokes) ketat.
Bukan hanya patuh dengan anjuran prokes ketat, siswa yang datang ke sekolah juga akan terjadwal sesuai gelombang masing-masing. Dimana kuota maksimal tidak boleh lebih dari 50 persen dari kapasitas sekolah, jika sekolah tatap muka ini berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan klaster baru. Maka sistem pembelajaran di sekolah setiap siswa akan mendapatkan giliran tiga hari dalam sepekan. (Chairunisa)
