TELENEWS.ID – Jalan Tol Trans Sumatera hingga saat ini masih dalam tahap penyelesaian proyek. Namun beberapa ruas jalan tol sudah dapat digunakan pengendara dan sangat mempersingkat waktu. Selain itu salah satu ruas jalan tol Trans Sumatera, Jalan Tol Pekanbaru-Dumai di Provinsi Riau, memiliki underpass berbentuk terowongan yang berfungsi untuk perlintasan hewan liar seperti gajah dan beruang. Hal ini dimaksudkan agar lalu Lalang hewan liar terutama di malam hari yang pasti membahayakan pengendara.
Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti menjelaskan bahwa konstruksi bangunan seperti ini memang di design untuk tol Trans Sumatera. Pertama dikarenakan pemerintah menjunjung tinggi green infrastructure yang tetap memberi fasilitas kepada alam terutama hewan liar.
Kedua adalah memberikan konstruksi jalan tol yang aman bagi pengemudi dikarenakan ruas jalan tol Trans Sumatera melewati sepanjang hutan Sumatera yang masih memiliki banyak hewan liar dan tumbuhan rindang. Untuk itu mengatasi hewan liar melintas terutama di malam hari yang pasti membahayakan pengemudi dan bisa membunuh hewan tersebut juga.
Terowongan yang sudah dibuat untuk ruas tol Jalan Tol Pekanbaru-Dumai memiliki bentang sepanjang 25 hingga 45 meter dengan tinggi 5,1 meter. Terowongan ini juga dibuat sedemikian rupa masih alami dengan berbagai tumbuhan di sekitarnya agar hewan liar pun tetap membuat nyaman untuk mereka lewati. Terowongan ini tepatnya dibuat di seksi IV kandis Utara – Duri yang melewati Kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja dan Siak Kecil.
Di kawasan Utara – Duri memang merupakan kawasan utama dari habitat gajah dengan populasi cukup kecil saat ini dan masih dalam proses dilindungi karena hanya tinggal tersisa 50 ekor saja. Selain tol Pekanbaru – Dumai, ruas jalan tol permai memakai teknologi CSP & Mortar Busa sepanjang 159 meter. CSP sendiri merupakan inovasi struktur baja plat yang dibuat bergelombang dan memiliki kekuatan sampai 50 kali lebih besar.
Sedangkan mortar Busa adalah bahan pengganti yang memiliki kekuatan lebih besar dari timbunan tanah namun hanya memerlukan bahan setengah lebih sedikit dari bahan biasa. Dengan menggunakan mortar Busa, jalan tol ini bisa menghemat pembiayaan bahan bangunan terutama tanah sebagai bahan dasar utama. Selain itu dengan menggunakan CSP dan Mortar Busa, pengerjaan proyek menjadi lebih cepat dan bersih dari puing-puing bahan proyek.
Penggunaan CSP juga membuat pembangunan proyek tidak terpengaruh dari cuaca sehingga mendapat efisiensi waktu sebanyak 60-70% sedangkan penghematan biaya pengadaan barang proyek sebesar 50%. Namun Direktur Operasi II HKI I, Wayan Mandia menjelaskan sekalipun banyak sekali manfaat yang didapat dari metode CSP dan Mortar Busa ini, pihaknya tetap harus berhati-hati dikarenakan metode ini baru pertama kali digunakan di Indonesia dengan ruas tol yang cukup panjang. (Angela Limawan)
