TELENEWS.ID – Kehidupan malam di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau baru-baru ini dihebohkan oleh aksi protes yang dilakukan para pekerja dan pelaku usaha hiburan malam di Kampung Bule Nagoya di Kawasan Jodoh, Batam pada Kamis (6/5) dini hari lalu.
Protes dilakukan akibat adanya operasi razia protokol kesehatan yang dilakukan petugas gabungan. Giat razia itu dinilai sangat berpengaruh terhadap kunjungan ke Kampung Bule Nagoya yang selama ini dikenal sebagai pusatnya kehidupan malam di Kota Batam.
Sebenarnya cukup menarik apabila melihat kehidupan dunia malam di Kota Batam, khususnya di Nagoya. Di kawasan tersebut terdapat lebih dari 40 pub dan bar. Letak antara satu pub dan bar ke yang lain bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki, karena memang letaknya berdekatan, bahkan saling bersebelahan.
Tak hanya itu, hotel-hotel di Nagoya juga memiliki pub atau bar sendiri, jadi jika Anda menginap di hotel tidak perlu jauh-jauh untuk pergi ke pub atau bar.
Nagoya memang jadi primadona bagi turis asing yang ingin melepaskan penat dari kesibukan dunia kerja. Saking banyaknya turis asing yang berkunjung ke kawasan itu, maka penamaan Kampung Bule pun melekat di kota tersebut.
Sesuai dengan namanya, pub dan bar di Kampung Bule tersebut benar-benar memberikan hiburan khusus untuk para turis asing. Di setiap pintu masuk pub dan bar, para wanita berpakaian minim akan dengan riang menyapa setiap pengunjung yang datang.
Khusus untuk turis asing, pelayanan yang diberikan akan lebih ekstra lantaran mereka diyakini datang dengan pundi-pundi uang yang lebih banyak.
Tak heran, dengan pelayanan yang serba dilebihkan itu, banyak turis-turis asing atau bule yang mengkhususkan waktunya datang ke Batam hanya untuk menikmati suasana dunia malam di Kampung Bule Nagoya.
Hingar bingar lampu-lampu dari berbagai tempat seperti pub dan bar, karaoke, serta panti pijat semakin menegaskan bahwa kawasan Nagoya tidak pernah tidur di malam hari dan selalu memberikan banyak kepuasan bagi pengunjungnya.
Di Kampung Bule sendiri, denyut kehidupan seperti baru dimulai ketika sudah di atas pukul 20.00 malam.
Kendaraan roda empat dan juga dua silih berganti memasuki area ini. Para pengunjung yang didominasi oleh kaum adam, khususnya turis asing berseliweran di sepanjang jalan untuk memilih jenis tempat hiburan yang mereka inginkan di malam hari itu.
Layaknya tempat hiburan malam, Kampung Bule juga tidak lepas dari dunia prostitusi. Beberapa pub disebut-sebut bahkan menyediakan penari telanjang atau stripper.
Pengunjung yang memang datang untuk “melepas penat”, mereka juga bisa melakukan negosiasi langsung dengan para pelayan wanita. Para turis asing biasa mengajak mereka untuk makan atau minum dengan harga yang sudah disepakati kedua belah pihak.
Untuk menggunakan pelayanan tambahan dari para wanita tersebut, rata-rata para turis diminta untuk membayar sebesar Rp1,5 juta rupiah untuk sekali kencan. Harga yang dipatok memang dibuat lebih tinggi karena memang mereka mengincar kaum-kaum expat. (Taufik)
