TELENEWS.ID – Selama 5 tahun terakhir, Jakarta turun peringkat untuk kategori kota termacet di dunia. Sekarang, Jakarta berada di urutan 46 di dunia, setelah sebelumnya berada di urutan 51 untuk kategori kota termacet. Hal itu disebutkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam acara U20 Indonesia pada Selasa (1/3/2022).
“Di 2017 kita ada di nomor 4 di seluruh dunia sebagai kota yang paling macet di dunia. Kami bersyukur sejak transformasi ini berjalan. Di awal 2018 peringkat kami turun ke-7 pada 2018, nomor 10 pada 2019. Kami tidak suka di dalam 10 besar, kami ingin keluar, maka pada 2020 kami turun ke-31, 2021 kami turun di 46,” Ujar Anies.
Anies menambahkan dalam penurunan peringkat ini merupakan hasil dari transformasi transportasi publik yang ada di Ibukota. Transformasi yang dimaksud oleh Anies adalah integrasi moda transportasi umum di Jakarta, dan juga perluasan beberapa rute angkutan transportasi massal.
“Kami ingin lebih mempercepat upaya kami untuk clean mobility Jakarta. Kami juga janji perbesar armada Jakarta dan ubah jadi mobil listrik. BRT merupakan janji kami untuk buat jalanan bersih untuk tiga hal. Pertama, menerapkan 100 electric buses di rute yang sudah ada. Kedua, mengganti setengah bus feed armada menjadi elektrik dan selesai 2025. Setelah itu kami komitmen pastikan bahwa sebagian besar area Jakarta bebas emisi pada 2030. Itu komitmen yang kami janjikan,” Tambah Anies.
Anies boleh saja mengklaim bahwa penurunan kemacetan ini adalah hasil kerja keras pemerintahannya, namun untuk permasalahan yang ada di DKI, salah satunya kemacetan ini juga ada campur tangan dari pemimpin sebelumnya. Karena, keberhasilan dalam mengatasi masalah transportasi, terutama kemacetan ini tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek dan harus ada tindak lanjutnya.
Jika dirunut dari awal, Ali Sadikin adalah pencetus dari ide supaya angkutan umum di DKI Jakarta bisa terintegrasi. Ide tersebut kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Sutiyoso dengan membangun Busway. Setelah itu Fauzi Bowo melanjutkan integrasi Busway tersebut dengan memperluas rute dari Transjakarta.
Program MRT kemudian digagas dengan berani oleh Joko Widodo yang masih berjalan sampai saat ini. Kemudian, Basuki Tjahaja Purnama merintis jalan trotoar untuk kemudahan akses bagi pengguna transportasi umum. Sehingga bisa dikatakan tren kemacetan yang ada di Jakarta adalah hasil pekerjaan dari Gubernur sebelumnya yang dilanjutkan hingga periode Anies Baswedan saat ini. Prestasi yang dipamerkan Anies ini merupakan hasil kebijakan dan ide dari Gubernur terdahulu. (Latief)