TELENEWS.ID – Insiden penembakan Mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menimbulkan pertanyaan. Bagaimana bisa pengawal Shinzo Abe lengah sehingga sang pelaku bisa dengan leluasa menembak Shinzo dari arah belakang? Menjadi pengawal memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah, apalagi jika yang dikawal adalah pejabat negara atau orang penting.
Pengawal Shinzo Abe, mantan PM Jepang yang kemarin ditembak dari belakang, akan meratap penuh penyesalan sepanjang hidupnya. Hal itu terjadi lantaran dirinya melakukan sebuah kesalahan yang berakibat sangat fatal. Dalam video rekaman penembakan, terlihat sang pelaku menembak Abe dari arah belakang dengan senjata rakitan yang berjenis shotgun.
Ada celah di belakang punggung Abe yang luput dari pengawasan, yang seharusnya posisi tersebut diisi oleh pengawal yang bertugas saat itu. Namun karena adanya celah, si pelaku yang identitasnya belum diketahui ini bisa melakukan aksinya dengan leluasa.
Mengawal VVIP itu sungguh berat, meski kehadirannya kadang-kadang tidak disukai oleh orang sekitar yang ingin dekat dengan tokohnya. Dalam menjalankan pekerjaannya, pengawal VVIP sama sekali tak boleh lengah, meskipun hanya dalam waktu sekejap. Dan harus selalu menganggap semua area di mana si-VVIP berada, adalah daerah berbahaya.
Membiarkan orang lalu lalang di bagian belakang Abe bisa disebut kecerobohan, dan itulah kesalahan fatal yang dilakukan oleh penjaga VVIP tersebut. Biasanya, pengawal membuat formasi menyerupai sebidang tembok, sehingga sang VVIP berada seolah-olah membelakangi tembok yang ada di tempat terbuka.
Ketika ada aktivitas di belakang VVIP, pengawal mengusir paksa untuk menjauhi target VVIP. Sang VVIP pun kemudian diarahkan agar berada di depan tembok. Itu adalah salah satu tindakan taktis, yang nantinya akan mengurangi beban pengawasan. Dengan begitu, si pengawal tinggal memelototi area yang ada di depan.
Namun, dalam kasus Shinzo Abe ini, pengawal yang membawa Selimut Kevlar anti peluru yang ini tidak sempat dibuka, dan orang yang seharusnya ia lindungi sudah tersungkur dan kemudian meninggal.
Kejadian ini tentu saja akan diselidiki oleh otoritas hukum Jepang, jika terbukti ada unsur kelalaian dari petugas pengawalan, maka akan ada hukuman yang akan menanti si pengawal tersebut. Shinzo Abe sendiri saat itu bukan sedang berkampanye untuk dirinya, namun untuk salah satu kader politik Jepang yang akan mengikuti ajang Pemilu di beberapa waktu yang akan datang.
Sang pelaku, menurut kabar yang beredar dari media massa di Jepang adalah mantan anggota militer Angkatan laut Jepang berusia 41 tahun. Belum diketahui siapa sebenarnya pelakunya, namun kemungkinan dirinya memiliki dendam kepada Abe terkait kebijakan militer yang dikeluarkan ketika Abe menjabat sebagai Perdana menteri beberapa waktu yang lalu. (Latief)