TELENEWS.ID – Rusia melancarkan agresi militer Amerika terhadap Ukraina pada Kamis, 24 Februari 2022 waktu setempat. Sasaran utama mereka adalah fasilitas militer milik Ukraina, dan hingga hari Jumat (25/2/2022) ini sudah menguasai 47 titik militer di Ukraina. Tercatat, ada 130 korban jiwa selama 2 hari serangan ini yang terdiri dari warga sipil dan juga personel militer yang terlibat.
Putin melancarkan strategi perang modern dengan menyerang pusat komando, kemudian menguasai radar, lalu sistem pertahanan udara, dan juga bandara di Ukraina. Langkah strategis Putin tersebut merupakan sebuah langkah yang penuh perhitungan dengan menggunakan rudal, bom pintar sehingga korban jiwa bisa terminimalisir.
Strategi perang modern ini masih berlanjut dengan rencana Rusia untuk menguasai beberapa objek vital di Ukraina seperti misalnya komunikasi, kemudian sarana kelistrikan. Dengan menguasai objek vital ini, Rusia sudah bisa menguasai sebagian dari negara Ukraina. Namun, bukan itu maksud dari Rusia menyerang Ukraina seperti yang banyak diprediksi oleh banyak tokoh di dunia.
Pencaplokan Crimea ditengarai menjadi salah satu penyebab Rusia menyerang Ukraina, namun kejadian tersebut terjadi pada tahun 2015 silam yang diakhiri dengan gencatan senjata. Pada masa pemerintahan Presiden Volodimir Zelensky, Ukraina berencana untuk bergabung dengan NATO. Hal inilah yang membuat Rusia berang, karena dikhawatirkan jika Ukraina bergabung dengan NATO, maka Amerika Serikat akan mendirikan pangkalan di Ukraina.
Hingga saat ini, memang belum ada tanggapan dari NATO untuk bergabungnya Ukraina ke aliansi mereka. Namun, Presiden Zelensky masih percaya jika sekutu Atlantik Utara tersebut akan mendukung Ukraina pada masa genting seperti ini. Namun, harapan hanyalah harapan, NATO belum bisa memberikan aksi apapun, sementara Uni Eropa hanya meminta Rusia untuk menghentikan serangan.
Sementara Amerika Serikat hanya berani mengecam lewat forum internasional dan mengusir diplomat Rusia dari negaranya. Bahkan, Mantan Presiden Donald Trump keheranan mengapa belum ada tentara Amerika yang bersiaga di Ukraina, dan masih berada di Warsawa dalam keadaan bersiaga.
Apa yang dilakukan oleh Putin ini menunjukkan bahwa Ukraina harus mengakui kedaulatan Rusia dan tidak melupakan asal muasal negaranya yang dulu masuk ke dalam wilayah Uni Soviet. Bergabungnya Ukraina dengan NATO, sama saja dengan mengarahkan senapan ke muka sendiri. Saat ini, belum ada negara manapun yang berani untuk menentang supremasi Vladimir Putin, khususnya di Eropa Timur. (Latief)