TELENEWS.ID – Sejak pandemi Covid-19 dimulai pada awal 2020, Indonesia terus mencatatkan hasil negatif untuk angka perekonomiannya. Pemerintah terus berupaya memulihkan ekonomi negara dengan mempercepat penyebaran vaksin.
Dengan masyarakat melakukan vaksin, penyebaran virus covid-19 bisa ditekan. Selain itu, masyarakat juga dapat kembali beraktivitas normal walau dengan protokol kesehatan. Roda ekonomi pun kembali bergerak seiring dengan normalnya aktivitas masyarakat.
Menurut menteri perekonomian, Airlangga Hartanto, Indonesia sempat turun peringkat menjadi negara dengan penghasilan menengah ke bawah akibat pandemi covid-19.
Hal ini dapat dilihat dari catatan kuartal I-2021, angka pertumbuhan ekonomi indonesia berada pada -0,74%. Selanjutnya pada kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia melebihi ekspektasi para pakar.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7,07% dan lebih tinggi dari negara lain yang sama-sama masih menghadapi pandemi covid-19.
Hasil ini yang membawa Indonesia keluar dari zona resesi. Pada kuartal II-2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ada pada angka 3,51%, turun jauh dibandingkan kuartal II.
Menurut gubernur bank Indonesia, Perry Warjiyo dirinya optimis untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat naik pada kuartal IV.
Hal ini dikarenakan adanya peningkatan dan perbaikan kerja eksport, kenaikan belanja fiskal pemerintah, serta peningkatan konsumsi dan investasi.
Pendapat ini juga diperkuat dengan melihat indikator dini pada awal November 2021 seperti mobilitas masyarakat, penjualan eceran, espektasi konsumen, purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur, serta realisasi export import.
Bank Indonesia mencatat pada awal kuartal IV-2021 atau Oktober 2021, IKK ada pada angka 113,4 atau naik 95,5. Selain meningkat dari bulan sebelumnya, angka ini juga sudah masuk dalam zona optimis karena sudah berada pada indeks di atas 100.
Penjualan ritel pada Oktober 2021 juga diperkirakan meningkat berdasarkan Indeks Penjualan Rill (IPR) sebesar 193 atau naik 189,5 pada September 2021.
Sedangkan pada manufaktur sendiri IHS Markit mencatat indeks PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 sebesar 57,2 atau naik dari bulan sebelumnya yang hanya 52,2. Menteri Keuangan, Sri Mulyani juga menyatakan hasil Surat Berharga Negara (SBN) mengalami perbaikan dan ada penurunan spread dari US Treasury (UST), yang pada Juli 2021 spread mencapai 512 bps, turun menjadi 449 bps.
Pada 2022 dipercaya akan menjadi momentum kebangkitan ekonomi Indonesia, hal ini dilihat dari kondisi market yang sedang dalam fase normalisasi dan indonesia justru dinilai akan berada pada fase akselesari di tahun 2022.
Pemerintah sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada angka 5 – 5,5 %. Sementara bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 pada angka 4,7 – 5,5%. Sri Mulyani sendiri yakin bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik di 2022 seiring dengan mampunya Indonesia mencegah penularan pandemi covid-19 di masyarakat.
Menurut Bank multinasional terbesar di Singapura, DBS pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2022 diprediksi mencapai 4,8% lebih tinggi dari tahiun 2021 yang hanya ada diangka 3,6%. Hal ini terjadi karena Indonesia berhasil mengendalikan krisis kesehatan akibat pandemi covid-19 dan mempercepat vaksin bagi masyarakat sehingga roda ekonomi cepat kembali pulih.
Sedangkan Bank Dunia juga berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi indonesia akan berada pada angka 3,7% lebih baik dari tahun sebelumnya yang hanya pada angka 2%. (Angela Limawan)
