TELENEWS.ID – Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui ada seekor tikus yang sudah banyak menyelamatkan nyawa manusia di negara Kamboja. Ya, tikus tersebut bernama Magawa yang bertugas sebagai pengendus ranjau. Namun kini Magawa harus melepas ‘jabatannya’ karena telah dipensiunkan setelah bertugas selama lima tahun lamanya (2016-2021). Magawa pun memiliki prestasi yang cukup luar biasa dengan berhasil menjinakkan 100 ranjau yang tersembunyi di dalam tanah.
Jenis hewan pengerat berkantung asal Gambia atau biasanya disebut dengan tikus berkantung raksasa dari Afrika ini memang memiliki penciuman yang cukup kuat meskipun memiliki penglihatan yang sangat buruk. Magawa pun dilatih oleh APOPO, sebuah lembaga non-profit asal Belgia, yang mengajarinya cara mengendus bahan peledak militer. Magawa pun menjelma layaknya sebuah sensor hidup yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi bom, ranjau darat dan jenis peledak lainnya.
Ditanamnya ranjau darat di sebuah medan perang memang dapat membuat pergerakan musuh menjadi lambat. Tak ayal, ranjau menjadi salah satu senjata yang sangat krusial disaat perang. Namun, terkadang sangat sulit untuk membersihkan kembali ladang ranjau tersebut. Para prajurit militer pun seringkali lupa letak ranjau yang pernah ditebar. Imbasnya, warga sipil sering menjadi korban.
Pasca perang besar di Kamboja, ladang ranjau memang terbukti sangat luar biasa mematikan. Para ahli memperkirakan bahwa setelah perang sipil di Kamboja berakhir, sekitar 4 hingga 6 juta ranjau darat tertinggal dan masih aktif. Perkiraan para ahli pun terbukti benar setelah 19.789 warga terbunuh dan 45.102 lainnya luka-luka hingga cacat di sepanjang periode tahun 1979 hingga 2020 karena ranjau dan bahan peledak lainnya yang masih tertanam.
Sebelum ditugaskan di Kamboja, Magawa memang sudah terlatih sebelumnya. Setelah menjalani masa tugas selama lima tahun, hewan pengerat ini telah sukses membersihkan ranjau di sebuah wilayah seluas 225 ribu meter persegi menurut data APOPO.
71 ranjau darat dan 38 bahan peledak lainnya yang masih aktif berhasil diidentifikasi oleh Magawa. Pada bulan September tahun 2020 lalu, sebuah organisasi veteriner, People’s Dispensary for Sick Animals, yang berlokasi di Inggris memberikan penghargaan kepada Magawa sebuah medali emas untuk jasanya.
Magawa tidak hanya melakukan pekerjaan dengan baik, namun tikus raksasa ini juga bekerja lebih aman dibandingkan yang biasa dilakukan oleh manusia. Karena beratnya hanya 1,1 kilogram, Magawa tentu saja sangat ringan untuk bisa memicu tombol pada ranjau. Pergerakan Magawa sangat leluasa ke kawasan yang cukup berbahaya tanpa harus khawatir akan memicu sebuah ledakan.
Memasuki usia tujuh tahun, Magawa kini dipensiunkan. Tikus berkantung Gambia memang memiliki rata-rata usia 6 hingga 8 tahun. Menurut APOPO, pergerakan Magawa semakin lambat dan memang pantas untuk dipensiunkan. APOPO telah mengirim tikus baru sebanyak 20 ekor pada bulan Maret lalu untuk mengikuti pelatihan di Kamboja. (Neidi)