TELENEWS.ID – Bulan Desember adalah bulan untuk meningkatkan kesadaran akan HIV/AIDS. Karena itulah setiap tanggal 1 Desember kemudian diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia.
Hari AIDS Sedunia, sudah ditetapkan pada 1 Desember setiap tahun sejak 1988 yang lalu. Ini adalah hari yang diperingati secara internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran akan pandemi AIDS yang disebabkan oleh penyebaran infeksi HIV dan ikut berduka bagi mereka yang telah meninggal karena penyakit tersebut.
HIV/AIDS sendiri dianggap sebagai pandemi karena di tahun 2017 saja, WHO mencatat bahwa penyakit ini telah membunuh antara 28,9 juta dan 41,5 juta orang di seluruh dunia. Selain itu saat ini diperkirakan bahwa sekitar 36,7 juta orang di seluruh penjuru dunia, hidup dengan HIV. Melihat rekor yang sangat tinggi ini menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat global terpenting dalam catatan sejarah.
Beruntung berkat kemajuan teknologi dan medis saat ini, HIV/AIDS bisa ditekan penyebarannya. Meski begitu bukan berarti pandemi ini berhenti begitu saja. Apalagi AIDS ternyata juga menyebabkan terjadinya diskriminasi bagi penyintas penyakit ini.
Diskriminasi pada penyintas AIDS disebabkan oleh mitos yang salah dan kurangnya pengetahuan terhadap virus ini. Lalu apa saja mitos-mitos salah mengenai HIV/AIDS yang menimbulkan persepsi tidak benar dan diskriminasi pada penyintasnya?
- HIV adalah vonis mati bagi penderitanya
Salah satu yang cukup dipercaya oleh banyak orang adalah HIV/AIDS itu vonis mati bagi penderitanya. Faktanya seiring dengan teknologi di bidang medis yang semakin canggih, pengidap HIV/AIDS bisa hidup normal dan lebih lama dari sebelumnya. “Sejak tahun 1996, dengan munculnya terapi antiretroviral yang sangat aktif, orang dengan HIV namun memiliki akses ke terapi antiretroviral (ART); dapat menjalani hidup normal, selama mereka meminum obat yang diresepkan,” kata Dr. Amesh A. Adalja, seorang dokter penyakit menular, di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins. - HIV/AIDS bisa menular dengan mudah
Inilah salah satu mitos tidak benar yang membuat penyintas AIDS mengalami diskriminasi. Faktanya, HIV tidak bisa menular dengan mudah misalnya melalui sentuhan atau interaksi langsung dengan penyintasnya seperti memeluk atau berjabat tangan dengan mereka. Penularan HIV terbilang cukup sulit karena virus ini hanya dapat ditularkan melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan dubur, atau ASI. - Penyintas AIDS tak boleh memiliki keturunan
Seorang ibu yang menjadi penyintas HIV/AIDS memang lebih berisiko menularkan penyakit ini pada bayi yang ia kandung. Meski begitu saat ia segera mendapatkan antiretroviral therapy (ART) sesegera mungkin saat mengetahui sedang hamil, maka risiko penularan pada buah hati mereka bisa diminimalisir bahkan dihindari. Penyintas HIV/AIDS bisa melahirkan anak-anak yang normal bebas virus jika mereka mematuhi pengobatan dan rutin check up pada dokter. - AIDS hanya menjangkiti gay dan biseksual
Memang benar bahwa HIV lebih banyak terjadi pada pria yang juga memiliki pasangan seksual pria juga. Pria gay dan biseksual kulit hitam memiliki tingkat tertinggi penularan HIV. Meski begitu, bukan berarti mereka yang straight tidak memiliki risiko terjangkit virus ini. Pada tahun 2016 saja, kaum heteroseksual menyumbang 24 persen dari infeksi HIV baru, dan sekitar dua pertiganya adalah perempuan. Jadi mitos yang menganggap HIV/AIDS hanya terjadi pada gay dan biseksual tidaklah benar. Jika seseorang sering berganti-ganti partner seks dan melakukan hubungan badan tanpa pengaman, maka dia juga memiliki risiko tinggi terjangkit HIV/AIDS.
Itulah 4 mitos yang salah mengenai HIV/AIDS yang sering dipercayai oleh orang dan menimbulkan persepsi atau diskriminasi pada penyintasnya. (Yuyun Amalia)