TELENEWS.ID – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa vaksin serviks di seluruh Indonesia akan digratiskan dan masyarakat Indonesia wanita yang sudah memiliki umur tertentu wajib mendapatkan vaksin tersebut. Pernyataan ini disampaikannya pada Selasa (19/04/2022) lalu saat ditemui media di kawasan Jakarta Selatan. Program gratis dan wajibnya vaksin ini akan dimulai pada awal tahun 2023 mendatang.
Vaksin serviks ini juga akan menjadi standar kewajiban baru untuk seluruh masyarakat Indonesia wanita yang sudah cukup usia.
Budi menjelaskan bahwa kewajiban vaksin yang diberikan oleh pemerintah ini adalah salah satu program preventif dan promotif untuk pencegahan penyakit kanker di Indonesia, terutama bagi wanita. Kanker jenis serviks ini juga merupakan kanker yang sangat membutuhkan biaya pengobatan serta pemulihan yang mahal bagi penderita. Untuk itu seluruh wanita dewasa muda Indonesia wajib mendapatkan vaksin ini.
Budi juga menjelaskan walaupun kanker serviks ini memang diderita oleh wanita, namun Human Papilloma Virus (HPV) ini juga bisa menular kepada pria. Pria yang tertular penyakit ini akan mengalami penyakit kulit dan kelamin. Adapun cara penularan pada pria adalah dengan melalui hubungan intim yang dilakukan.
WHO mencatat bahwa 95% kanker serviks ini ditularkan secara seksual. Sebanyak 90% wanita yang menderita kanker serviks ini merupakan wanita yang berasal dari negara yang berpenghasilan rendah dan menengah.
WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) memaparkan bukti bahwa vaksin dosis serviks dosis tunggal sudah ampuh melindungi perempuan dari kemungkinan kanker serviks. Mengutip dari laman WHO, SAGE memaparkan rekomendasi jadwal vaksin HPV sebagai berikut.
- Jadwal satu atau dua dosis untuk anak perempuan berusia 9-14 tahun.
- Jadwal satu atau dua dosis untuk wanita muda berusia 15-20 tahun.
- Dua dosis dengan interval 6 bulan untuk wanita lebih tua dari usia 21 tahun. 4.
- Seseorang dengan immunocompromised atau mereka dengan penyakit HIV, harus menerima tiga dosis jika memungkinkan. Jika tidak, setidaknya dua dosis harus diterima. (Angela Limawan)