Home Gaya hidup Kesehatan Mereka yang Menolak Menyerah Melawan Kanker

Mereka yang Menolak Menyerah Melawan Kanker

Facebook
Twitter

TELENEWS.ID – Kanker masih menjadi penyakit mematikan nomor dua di dunia, setelah penyakit jantung. Penelitian Globocan mencatat, pada tahun 2018 saja terdapat 18,1 juta kasus baru kanker, dengan angka kematian sebesar 9,6 juta jiwa. Di Indonesia, angka penyakit kanker berada di 136,2 per 100.000 penduduk. Hal ini membuat Indonesia berada di urutan ke delapan di Asia Tenggara dan 23 di Asia untuk kasus kanker.

Risiko kematian nyatanya tak membuat pasien kanker dapat leluasa berobat. Penderita kanker mesti mengantri untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit, yang terbatas fasilitas dan kamarnya.

Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat hanya ada tiga rumah sakit khusus kanker di Indonesia dengan jumlah tempat tidur sebanyak 609. Hal itu membuat pendamping serta pasien kanker harus mencari rumah singgah sembari menunggu.

Salah seorang pasien kanker yang intensif berobat dan tinggal di rumah singgah adalah Edi. Sudah tiga bulan dirinya tinggal di rumah singgah Cancer Information and Support Center Association (CISC) yang terletak di Jalan Anggrek Neli Murni 2 Blok C, Palmerah, Jakarta Barat.

Letak rumah singgah ini dekat dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais yang berjarak sekitar 1,8 kilometer.

“Penjaga” Harapan Pasien Kanker

Salah seorang pengurus rumah singgah CISC yang sudah bekerja selama 11 tahun di sana adalah Mega. Menurut Mega, rumah singgah ini dihuni oleh pasien kanker dari peserta BPJS Kesehatan kelas dua atau tiga yang berasal dari luar kota Jakarta. Jumlah pasien yang bisa ditampung di rumah singgah itu adalah 13-14 orang dengan pendamping.

Jika ingin menginap di rumah singgah ini, setiap pasien harus membayar Rp10.000 per hari. Menurut Mega, rumah singgah ini masih mengontrak. Selain di situ, terdapat dua rumah singgah CISC lagi di Jakarta yang terletak di Jalan Anggrek Neli Murni VII B, Palmerah, Jakarta Barat, serta di daerah Paseban, Senen, Jakarta Pusat. Mega mengaku bahagia selama bekerja mengurus pasien kanker yang ingin berobat ke RS Dharmais.

Sementara itu, Andriana Suhardjono selaku Ketua Komunitas Taufan mengatakan bahwa pasien kanker perlu diberi dukungan. Sebab beragam informasi tentang harapan hidup pasien kanker sudah menggerus optimisme untuk bisa sembuh.

“Kalau tidak didukung, mereka akan merasa menjadi orang paling sial sedunia,” ujar Andriana dalam keterangannya, Kamis (8/7).

Andriana menyampaikan bahwa pasien kanker masih memiliki kesadaran rendah untuk berobat. Hal serupa juga dialami pendampingnya yang pesimis. Yang jadi halangan selanjutnya adalah administrasi dan beban biaya.

Penderita yang Semakin Meningkat

Rachmat Budi Santoso, dokter spesialis urologi RS Dharmais memberi gambaran mengenai penyakit kanker. Dirinya mengatakan bahwa setiap orang mewarisi sel kanker dari silsilah anggota keluarga yang lebih tua. Apabila gaya hidupnya tidak sehat, maka faktor penyebab kanker pada seseorang akan lebih termanifestasi.

Menurutnya, jumlah pasien kanker meningkat dari tahun ke tahun. Sehari dia bisa menangani 25-30 orang.

Di sisi lain, Rachmat juga mengungkapkan bahwa ada perubahan profil pasien penderita kanker. Pada awal 2021 ia mencatat usia penderita kanker lebih muda seperti pasiennya penderita kanker prostat yang berusia 27 tahun padahal lazimnya diderita orang berusia 50 tahun. Selain kanker prostat, Rachmat menyebut, ada peningkatan serupa pada pasien kanker leher rahim atau serviks dan kanker payudara.

Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) Kemenkes, prevalensi kanker di Indonesia memang meningkat dari 1,4 per 1.000 penduduk menjadi 1,79 per 1.000 penduduk.

Angka kejadian kanker tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru, sebesar 19,4 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Lalu, kanker hati, sebesar 12,4 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.

Sementara angka kejadian kanker untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara, sebesar 42,1 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Kemudian, kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.

Sementara itu, untuk kanker serviks, deteksi dini kanker serviks bisa dilakukan dengan memeriksa kesehatan secara berkala. Bisa dilakukan inspeksi visual asam asetat (IVA) dan pap smear test. Ada empat pilar penanganan kanker, yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus, dan pengobatan.

Pentingnya Deteksi Dini

Kemenkes dalam upaya perlindungan khusus, sudah melaksanakan imunisasi pencegahan risiko kanker serviks. Imunisasi ini menyasar perempuan berusia 11 hingga 12 tahun dan baru diujicoba di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Rachmat mengatakan, terkait dengan deteksi dini kanker, kesadaran masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh salah satu sifat kanker yang sulit diantisipasi kemunculannya. Pada umumnya, pasien kanker yang berobat ke rumah sakit setelah mengalami gejala cukup parah bahkan mencapai stadium lanjut.

Rachmat menekankan soal pentingnya melakukan cek kesehatan secara rutin. Setidaknya setahun sekali. Tujuannya, untuk mencegah seseorang berpotensi mengidap kanker. Ia khawatir bila kemunculan awal penyakit kanker tidak ditangani, nantinya akan parah dan menimbulkan keluhan fisik lain.

Untuk mendeteksi potensi kanker stadium satu, pengecekan menyeluruh mencakup rontgen, USG dan cek laboratorium. Dalam setiap cek kesehatan, terdapat standar kesehatan untuk mengetahui kondisi normal atau tidak.

Misalnya, pada deteksi dini kanker prostat, ada pengecekan prostate specific antigen (PSA). Standar normal, kata Rachmat, jika kandungan antigen dalam setiap satu mililiter air seni tak lebih dari empat nanogram.

Seseorang yang dicurigai berpotensi terkena kanker kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan biopsy. Hal ini dilakukan dengan pengambilan sampel jaringan untuk mendiagnosis potensi penyakit kanker, penanganan, pengobatan atau terapi yang tepat bagi pasien.

Selain kesadaran masyarakat menjalani deteksi dini relatif rendah, sistem asuransi kesehatan di Indonesia kurang memihak dalam upaya pencegahan penyakit kanker. Ditambah, jasa asuransi kesehatan lebih berurusan pada tanggungan biaya pengobatan.

Penyakit kanker sejatinya dapat ditangani dengan tiga macam metode penyembuhan. Yakni operasi, radiasi, dan kemoterapi. Adapun pilihan pengobatan itu ditentukan berdasarkan dari diagnosis atas jenis kanker yang diderita oleh pasien.

Sementara itu, soal risiko kanker sebab faktor genetik, Rachmat menyarankan pentingnya mencegah potensi terkena penyakit kanker pada tingkat lanjut dengan mengembangkan gaya hidup sehat, kesadaran cek kesehatan secara rutin, serta melakukan kontrol deteksi sedini mungkin.

Dari sisi gaya hidup, menurut Rachmat ada beberapa perilaku yang tak sehat akan semakin memperbesar peluang terkena kanker seperti waktu istirahat yang kurang dan tekanan psikologis atau stress yang membuat sulit dalam mengendalikan emosi.

Konsumsi makanan cepat saji serta minuman bersoda pun harus dihindari. Kebiasaan merokok serta mengonsumsi zat-zat berbahaya dapat dipastikan juga akan berdampak pada potensi terkena penyakit kanker.

Sebenarnya, risiko kanker bisa ditekan dengan meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan. Rachmat mengibaratkan, gen kanker dalam tubuh setiap orang layaknya sebatang lilin yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya.

“On atau off-nya tergantung sikap kita, apakah menyalakannya atau mencegah potensinya dengan berperilaku hidup sehat,” pungkas Rachmat. (Uswatun)

Facebook
Twitter

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Yoyic Dairy Indonesia

Most Popular

Ragam Tradisi Unik Penuh Makna Keluarga Tionghoa Dalam Menyambut Imlek

TELENEWS.ID - Tradisi masyarakat Tionghoa dalam menyambut Imek atau tahun baru China pastinya memberi makna tertentu. Kali ini di tahun 2022, perayaan...

Status Kelurahan Krukut Tidak Lagi Zona Merah Covid 19, Micro Lockdown Dicabut

TELENEWS.ID - Banyak daerah khususnya di DKI Jakarta mendapat status level 2 dan juga menerapkan micro lockdown. Hanya saja semenjak varian Omicron...

Doyan Sindir Anies Baswedan, Wagub DKI Ke Giring: Tunjukkan Kinerja Dan Prestasi

TELENEWS.ID - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria angkat bicara soal aksi saling sindir antara Gubernur Anies Baswedan dengan Ketua Umum...

Tidak Ada Tempat Bagi Koruptor, Indonesia – Singapura Tanda Tangan Perjanjian Ekstradisi

TELENEWS.ID - Sejak tahun 1998, Indonesia dan Singapura telah melakukan berkali-kali untuk mengukuhkan perjanjian ekstradisi untuk kedua negara namun selalu gagal. Diketahui...