Home Gaya hidup Kesehatan Mitos atau Fakta: Benarkah Covid-19 Bisa Mengecilkan Ukuran Otak Seseorang?

Mitos atau Fakta: Benarkah Covid-19 Bisa Mengecilkan Ukuran Otak Seseorang?

Facebook
Twitter

TELENEWS.ID – Peneliti masih berusaha untuk mencari tahu segala hal yang berhubungan dengan virus Covid-19. Termasuk diantaranya mengenai mitos-mitos yang muncul, seiring dengan pandemi yang diakibatkan oleh virus ini.

Salah satunya yang menjadi perhatian peneliti mengenai mitos bahwa virus Covid-19 bisa mengecilkan ukuran otak seseorang. Tak dapat dipungkiri bahwasanya para penyintas Covid-19 melaporkan adanya penurunan daya ingat dan konsentrasi yang lazim disebut sebagai “brain fog” atau kabut otak.

Penelitian yang dilaporkan oleh jurnal kesehatan Universitas Harvard menyebutkan bahwa efek brain fog pada mantan penderita Covid-19 berlangsung cukup lama.

Para penyintas yang datang ke klinik kognitif mereka termasuk di antara sekitar 22 hingga 32 persen pasien yang pulih dari COVID-19, namun masih mengalami kabut otak sebagai bagian dari pengalaman mereka selama COVID-19, atau gejala sisa pasca-akut dari SARS CoV-2.

Kini sebuah penelitian yang dari universitas Oxford menemukan lagi kaitan antara virus Covid-19 dengan otak manusia. Penelitian baru dari Universitas Oxford menunjukkan infeksi Covid-19 dapat menyebabkan pengurangan materi abu-abu di area otak tertentu, bersama dengan pengurangan ukuran otak secara keseluruhan.

Hal ini terjadi bahkan pada orang yang memiliki kasus virus yang relatif ringan. Penelitian ini semakin menambah bukti bahwa infeksi Covid dapat menyebabkan perubahan neurologis.

Studi tersebut menganalisis fungsi otak pada 785 peserta berusia antara 51 dan 81 tahun. Kelompok usia khusus ini dipelajari untuk melihat bagaimana Covid-19 berdampak pada otak, dibandingkan dengan cara penuaan “sehat” yang normal berdampak pada otak terutama bagi lansia.

Pada penelitian ini, otak peserta dipindai dua kali. Diantara dua pemindaian ini yang rata-rata berjarak 141 hari, 401 peserta dinyatakan positif Covid-19.

Peneliti menemukan bahwa mereka yang terpapar Covid, tidak hanya memiliki pengurangan volume otak yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar virus ini. Selain itu, para penyintas Covid-19 ini juga membutuhkan perjuangan ekstra untuk menyelesaikan tes kognitif yang melibatkan fokus dan organisasi. Mereka juga telah kehilangan materi abu-abu di area yang mengatur indera penciuman dan ingatan.

Penelitian ini juga menyebut bahwa 15 orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dan komplikasi terkait Covid-19, memiliki perubahan otak paling banyak dibandingkan pasien dengan masalah kesehatan yang lainnya. Yang mengejutkan, perubahan neurologis ini tetap ada bahkan setelah para pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Para peneliti menyimpulkan bahwa COVID-19 menyebabkan perubahan yang lebih cepat di otak daripada yang seharusnya terjadi, bahkan ketika infeksinya tidak parah. Secara keseluruhan, ukuran otak orang-orang yang di tes positif COVID menyusut 0,2 hingga 2%.

Meski begitu, peneliti menegaskan masih membutuhkan riset yang lebih mendalam mengenai kondisi ini. Hanya saja mereka mengingatkan bahwa otak manusia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menyembuhkan diri mereka sendiri, asalkan secara keseluruhan kondisi tubuh manusia dalam keadaan prima.

“Kita perlu mengingat bahwa otak benar-benar seperti plastik. Maksud kami otak dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Jadi ada kemungkinan besar bahwa seiring waktu, efek berbahaya dari infeksi akan mereda,” kata penulis utama studi Gwenaëlle Douaud, profesor di Nuffield Department of Clinical Neurosciences di Oxford.

Selain itu, penelitian ini memastikan tidak ada keterkaitan antara vaksin Covid dengan kondisi otak manusia yang mengecil. Namun, penelitian lain menemukan bahwa orang yang divaksinasi lebih kecil kemungkinannya untuk terpapar Covid, mengalami komplikasi Covid, dan mengalami efek Covid yang berkepanjangan.

Jadi kini kita tahu bahwa vaksinasi memberikan peluang terbaik untuk menghindari potensi konsekuensi kesehatan yang lebih serius dari Covid-19, termasuk masalah neurologis. (Yuyun Amalia)

Facebook
Twitter

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Yoyic Dairy Indonesia

Most Popular

Kisah Kelam Keluarga Pendiri Gucci

TELENEWS.ID – Rodolfo Gucci atau biasa dikenal dengan Maurizio D’Ancora merupakan pendiri dan pencipta brand Gucci. Pada awalnya Rodolfo membuat brand Gucci...

Telkomsel Merugi Setelah Investasi di GOTO, Kok Bisa ?

TELENEWS.ID – PT Telkom Indonesia (Persero) melalui anak perusahaannya, Telkomsel melakukan investasi di PT Go To Gojek Tokopedia Tbk. Namun yang aneh...

Polemik Anggota TNI Aktif Dilantik Sebagai PJ Bupati

TELENEWS.ID – Pejabat pengganti Gubernur, Bupati, dan Walikota tahun ini sudah banyak yang dilantik. Terakhir Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian telah melantik...

Kedatangan Ten Hag Memberi Angin Segar Bagi Maguire dan Van De Beek

TELENEWS.ID - Erik Ten Hag secara resmi ditunjuk sebagai pelatih utama Manchester United menggantikan Ralf Rangnick untuk musim 2022/2023. Erik datang ke...