TELENEWS.ID – Berita duka kembali mewarnai ranah hiburan tanah air. Adalah model dewasa Novi Amelia yang dikabarkan mengakhiri hidupnya sendiri, dengan meloncat dari lantai 8 apartment yang ia tinggali pada Rabu (16/2) pagi.
Menurut Kanit Reskrim Polsek Pancoran AKP Abdullah, Novi yang memang memiliki riwayat masalah kesehatan mental itu mengalami depresi sebelum akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. “Tahunya kita depresi saja, ya. Penyebabnya apa kita masih coba tanya-tanya saksi aja dulu, sementara teman-teman deketnya belum ada (kita periksa), kita masih coba hubungi dulu,” kata Abdullah.
Dugaan ini diperkuat dengan rekam jejak Novi yang sebelumnya menjadi perbincangan publik, lantaran pernah diamankan pihak berwajib saat menyetir dalam keadaan mabuk dan hanya mengenakan pakaian dalam saja di tahun 2012 yang silam. “Itu dia karena dari track record sebelumnya seperti itu. Terus ada saksi sekuriti [lihat] dia sudah duduk di balkon,” ujarnya.
Mantan pengacara sekaligus teman korban, Rendy Anggara Putra membenarkan bahwa kliennya itu memang pernah memiliki gangguan skizofrenia yang membuatnya sempat beberapa kali dibawa ke rumah sakit. Namun menurut Rendy, kondisi Novi sempat membaik dan ia kembali lagi ke dunia modelling.
“Terakhir dulu kan memang sempat ada dia gangguan skizofrenia yang dahulu perkaranya heboh, itu aja. Tapi setelah selesai, pulang ke Medan, udah nggak lagi. Kata teman-teman-temannya, Novi sudah mulai berubah. Dia sudah ambil beberapa photoshoot juga,” kata Rendy.
Tewasnya Novi lantaran bunuh diri membuat kita bertanya-tanya mengapa ada orang yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Tidak ada jawaban sederhana mengapa beberapa orang berusaha untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
“Seringkali, orang-orang terlibat dalam pemikiran bunuh diri atau perilaku bunuh diri karena mereka merasa tidak dapat lagi menahan rasa sakit psikologis dan emosional yang mereka alami saat ini,” begitu ujar Anthony P. DeMaria, PhD, seorang psikolog klinis dan psikoterapis dan direktur psikiatri di Mount Sinai St. Luke’s dan Mount Sinai West Hospitals di New York City.
DeMaria membagi faktor penyebab bunuh diri menjadi tiga jenis. Pertama, ada faktor biologis—termasuk penyakit, baik mental maupun fisik. Menderita penyakit yang mengakibatkan rasa sakit kronis, misalnya, merupakan faktor risiko biologis, kata DeMaria.
Lalu ada faktor psikologis seperti ketahanan seseorang dan keterampilan mengatasi masalah yang mereka hadapi, berbarengan dengan perasaan putus asa yang mereka rasakan.
Kategori terakhir adalah apa yang disebut DeMaria sebagai “determinan kesehatan sosial” yakni keinginan bunuh diri yang dipicu oleh keadaan lingkungan seperti kondisi keuangan seseorang, kekuatan dan kualitas hubungan mereka dengan orang lain, situasi perumahan, dan pengalaman kerja.
DeMaria juga menyebutkan perasaan putus asa yang menyertai gangguan mental seperti depresi, bipolar dan skizofernia membuat seseorang lebih rentan memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup mereka sendiri. “Seringkali orang terlibat dalam pemikiran bunuh diri atau perilaku bunuh diri karena mereka merasa tidak dapat lagi menahan rasa sakit emosional psikologis yang mereka alami saat ini,” kata DeMaria.
Seseorang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri biasanya menunjukkan beberapa tanda yang sebaiknya diwaspadai oleh orang-orang terdekatnya, seperti:
• Waspadai jika orang terdekatmu sering berbicara tentang kematian atau menyebutkan secara tersirat mengenai keinginannya untuk bunuh diri, seperti mengatakan “bagaimana kalau aku mati?” atau “aku sudah lelah hidup” dan sebagainya.
• Menjadi sedih sesekali atau karena keadaan tertentu adalah normal. Namun kesedihan yang berkepanjangan, adalah sinyal lain bahwa seseorang mungkin berpikir untuk mengakhiri hidup mereka.
• Berhati-hatilah jika seseorang yang kamu kenal tampaknya membuat rencana seolah ingin menyelesaikan urusan mereka seperti mendadak memberikan barang, membuat surat wasiat, menulis surat selamat tinggal; atau bahkan mencari cara untuk bunuh diri, seperti membeli obat keras atau senjata.
Jika kamu punya pemikiran untuk bunuh diri, ingatlah kamu tidak sendirian dan banyak orang yang bersedia menolongmu. Kamu juga bisa menghubungi hotline LISA Suicide Prevention Helpline (Love Inside Suicide Awareness) yang menyediakan layanan dukungan kesehatan mental dan psikososial inklusif, yang bisa kamu hubungi pada nomor +62 811 3855 472. (Yuyun Amalia)