Home Teknologi Pandemi Mengubah Kebutuhan Skill

Pandemi Mengubah Kebutuhan Skill

Facebook
Twitter

TELENEWS.ID – Pandemi Covid-19 layaknya banteng yang menghantam sana-sini. Dampak yang dihasilkan pun berujung pada efek domino dan dirasakan seluruh penduduk dunia. Dampak ekonomi, misalnya, mengakibatkan perusahaan terpaksa mengubah haluan bisnis dan harus melepas banyak SDM-nya.

Perubahan strategi ini pada akhirnya menimbulkan kebutuhan akan tenaga kerja dengan skill, atau keahlian, yang baru dan lebih terfokus demi mendukung kelangsungan hidup bisnis mereka. Tapi sebetulnya, tak hanya pekerja, masyarakat pada umumnya mau tak mau harus memiliki setidaknya satu atau dua skill yang mampu bertahan baik ketika situasi genting (seperti pandemi) dan setelahnya.

Untuk mengetahui skill apa saja yang bertahan di masa pandemi, ketahui dahulu bagaimana sebuah pandemi bisa mengubah kebutuhan skill secara drastis. Sejak melanda penduduk dunia akhir tahun lalu, kita menyaksikan banyak sektor industri telah runtuh. Tak sedikit juga perusahaan yang ‘banting setir’ dengan menjual jasa atau produk lain yang lebih dibutuhkan di masa kritis.

Sisanya, harus memutar otak berkali-kali demi mempertahankan model bisnis yang sudah ada. Belum lagi, karantina dan pembatasan sosial secara besar-besaran membekukan rantai distribusi. Alhasil, tak ada pilihan selain digitalisasi jika ingin bisnis tetap bertahan. Budaya kerja pun bergeser. Masyarakat harus membiasakan diri bekerja jarak jauh dari rumah dan bergantung sepenuhnya pada koneksi internet.

Lantas, banyak pelaku bisnis yang sebelumnya skeptis terhadap digitalisasi, akhirnya mencari jasa yang mampu mendigitalkan bisnis mereka. Yang penting, pelanggan tetap bisa mampir meskipun secara virtual.

Agar penjualan tetap kencang, yang bisa diandalkan adalah angka, alias data. Dengan sistem bisnis digital yang terintegrasi, data konsumen bisa dipanen dan diolah sehingga membentuk ‘peta’ kebiasaan, atau dikenal dengan consumer behaviour. Data ini nantinya akan digunakan untuk kepentingan target iklan yang lebih akurat dan potensial. Skill yang dibutuhkan dalam mencari dan mengolah data di bidang ini adalah data analitis.

Jika diperhatikan, pandemi tidak serta merta menciptakan segelintir skill baru. Yang ada, pandemi hanya mempercepat pergantian tren skill yang telah ada sebelumnya. Salah satunya yakni kebutuhan akan gabungan hardskill dan softskill, yang dilihat sebagai skill revolusi industri 4.0.

Melansir dari The Globe and Mail, Industri 4.0 mengacu pada disrupsi dunia maya dan fisik, seperti Internet of Things (IoT) dan artificial intelligence (AI). Sebelum pandemi muncul, kedua contoh teknologi ini pun sudah ada roadmap-nya tersendiri, namun kini pandemi telah mengakselerasi relevansi teknolog tersebut karena ikut terseret gelombang pergeseran budaya kerja yang serba digital.

Efek disrupsi ini memang sangat berpengaruh pada menghilangnya bidang pekerjaan di beberapa sektor, tapi memunculkan pekerjaan di bidang yang baru dengan skala yang sangat cepat.

Perubahan ini membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan teknis dan literasi teknologi digital, tetapi juga softskill yang mampu berfungsi di lingkungan daring dan digital yang perubahannya sangat dinamis. Hal ini tercatat dalam laporan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di OECD Skills Outlook 2019.

“Kami percaya bahwa ada berbagai kebutuhan kompleks yang dimiliki individu untuk bekerja di lingkungan digital, terlebih di masa pandemi, karena pebisnis membutuhkan tenaga kerja yang dapat beradaptasi dan dapat bekerja secara efisien dalam lingkungan daring.” jelas Vera Beletzan, dekan senior Fakultas Seni Liberal dan Sains dan Pembelajaran Inovatif di Humber College, Kanada.

Rencana kefasihan digital di universitas Humber adalah menanamkan softskill interaksi, kolaborasi, dan komunikasi di semua program, sehingga lulusan memenuhi kriteria industri 4.0, yaitu tenaga kerja yang dapat bekerja dengan baik dengan tim di lingkungan virtual.

Soft skill lainnya yang dibutuhkan adalah pemikiran kritis, profesionalisme dan kemampuan untuk menganalisis masalah dengan pendekatan yang keberlanjutan.

Dalam keterampilan kerja tertentu, program program yang paling populer adalah analisis bisnis, analisis penelitian, manajemen bisnis digital, komunikasi digital dan mekatronika (bidang multidisiplin yang mencakup teknik mesin, robotika, elektronik, dan perangkat lunak).

Bidang dengan Permintaan Tinggi

“Apa yang kita semua sadari adalah Covid-19 telah mempercepat tren yang ada, seperti transformasi digital,” kata Tom Roemer, wakil presiden akademisi di British Columbia Institute of Technology.

Tak lupa, pendidikan di bidang perawatan kesehatan juga tak kalah populer dan justru semakin naik daun sejak sebelum pandemi, menurut Dr. Roemer. Pekerjaan di bidang ini termasuk posisi dari perawat hingga teknisi lab dan teknolog radiasi. Dengan adanya Covid-19, kebutuhan bidang kesehatan ini menjadi semakin besar.

Mengenai tren skill yang akan bertahan pasca pandemi, Dr. Roemer mengatakan bidang teknologi informasi akan jadi jawaranya. Skill dengan bidang yang berkaitan dengan teknologi komunikasi tengah menghadapi permintaan yang tinggi karena orang-orang tiba-tiba bekerja dari rumah secara massal.

Program interdisipliner juga menjadi tren yang dipercepat oleh pandemi, tambah Dr. Roemer.
“Ada pekerjaan baru yang membutuhkan skill dari persimpangan antara dua bidang,” ujarnya. Contohnya seperti analisis statistik dalam kesehatan digital, di mana seseorang perlu memahami bidang kesehatan, namun juga teknologi dan data.

Contoh skill lainnya adalah full stack developer, atau pengembang full stack. Orang dengan skill pengembang ini membutuhkan pemahaman perangkat lunak serta memiliki keterampilan desain. Sehingga, pengembang bisa memiliki ilmu yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada coding atau desain semata. interdisipliner bidang IT lainnya

Otomasi akan menciptakan kebutuhan akan keterampilan interdisipliner, baik di bidang kendaraan otomatis atau bahkan logistik di era pelabuhan otomatis, menuntut seseorang untuk memahami bea cukai, pajak dan keamanan, serta teknologinya.

Di samping itu, adanya sistem otomasi akan menciptakan kebutuhan akan skill interdisipliner. Skill yang dibutuhkan membentang dari kendaraan otomatis atau bahkan logistik di pelabuhan otomatis, sehingga menuntut seseorang untuk memahami bea cukai, pajak dan keamanan, serta teknologinya.

Dengan adanya disrupsi disrupsi skill, yang dipercepat dengan adanya pandemi, mendorong masyarakat untuk terus melakukan upskilling. Upskilling, atau peningkatan kemampuan, akan membantu kita bertahan jika kembali dihadapkan dengan situasi kritis seperti pandemi.

Tak ada yang tahu bagaimana kondisi yang akan kita hadapi ke depan, namun kita juga harus belajar menjadi lebih peka terhadap perubahan yang semakin cepat dan dinamis di sekitar kita. Tak lupa, pemerintah Indonesia juga harus terus memberikan pendampingan dan dukungan demi tercapainya kebutuhan tenaga kerja yang akan menjadi pendobrak ekonomi negara.

Facebook
Twitter

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Yoyic Dairy Indonesia

Most Popular

Desa Wisata Ini Diprediksi Bakal Hits di Tahun 2022, Yuk Simak Apa Saja Daftarnya

TELENEWS.ID - Banyak solusi ketika Anda ingin mencari destinasi liburan bersama keluarga ataupun teman-teman dengan tema desa wisata. Saat ini trend mengunjungi...

Pemerintah Enggan Rekrut CPNS di Tahun 2022, Ternyata Ini Alasannya

TELENEWS.ID - Banyak informasi mengenai Pemerintah yang tidak akan melakukan perekrutan CPNS di tahun 2022. Kemudian dari aspek penambahan jumlah ASN juga...

Salah Satunya Bikin Awet Muda, 5 Alasan Kamu Harus Pakai Serum Vitamin C Mulai Dari Sekarang!

TELENEWS.ID - Serum menjadi salah satu skincare yang sekarang menjadi salah satu kebutuhan wanita masa kini. Rasanya perawatan wajah tak akan lengkap...

Berkaca Dari Supir Kecelakaan Maut Balikpapan, Ini 5 Tips Agar Tak Bangun Kesiangan

TELENEWS.ID - Berbagai fakta mengejutkan terungkap pasca kecelakaan maut yang terjadi di tanjakan Rapak, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (21/1/2022) pagi. Salah satunya,...