TELENEWS.ID – Tak sedikit sikap orang tua yang menunjukkan penolakan terhadap kehadiran bayi dalam kandungan. Untuk wanita sendiri, biasanya penolakan tersebut dipicu karena penyebab kehamilannya terjadi akibat kejadian tragis, misalnya mengalami pemekosaan atau berhubungan seks sebelum menikah, dan lain sebagainya.
Namun perlu diketahui, ada juga bentuk penolakan yang jarang disadari oleh para orang tua, contohnya seperti sangat menginginkan jenis kelamin tertentu pada calon buah hati, namun kenyataannya anak tersebut lahir tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkannya.
Merasakan penolakan dari orang tua tentu menjadi hal yang sangat menyakitkan. Kondisi penolakan ini pun ternyata dapat dirasakan janin meskipun masih berada dalam kandungan, bahkan bisa berdampak dan memengaruhi pertumbuhannya kelak.
“Perasaan tidak nyaman akibat penolakan ibu nantinya akan tersambung ke otak bayi sehingga bayi di kandungan tahu bahwa kehadirannya ditolak. Saat lahir, bayi akan menjadi individu yang inferior, tidak percaya diri, merasa rendah diri dan tak diharapkan, serta memiliki kendala emosi,” kata psikolog klinis Veronica Adesla, dikutip dari detikhealth, Rabu (07/07/2021).
Anak yang mengalami penolakan sejak dalam kandungan juga akan menjadi pribadi yang sensitif ketika dirinya disentuh orang lain, serta kesulitan bersosialisasi karena merasa dirinya terluka akibat kehadirannya di dunia ini tak diinginkan.
Selain itu, anak tersebut juga akan merasa tak nyaman dengan dirinya sendiri, menilai apapun yang Ia lakukan selalu salah, bahkan merasa siapapun tidak menyukainya. Biasanya, tanda anak yang tidak nyaman dengan dirinya adalah menulis catatan yang berupa curahan hati bahwa Ia benci dengan dirinya sendiri atau bisa saja mencoret-coret fotonya. Dampak terburuknya, sang anak bisa depresi hingga memutuskan untuk bunuh diri.
Dilansir dari laman theAsianparent, selain penolakan dari ibu, Penelitian juga menyebutkan dampak penolakan dari ayah yang juga sangat berbahaya bagi perkembangan sang buah hati kelak.
Ronald Rohner, yang terlibat dalam studi di Universitas Connecticut ini menjelaskan, dalam setengah abad penelitian yang dilakukan di seluruh dunia, belum ada yang mampu menandingi dampak buruk penolakan ayah terhadap anaknya, yang dapat memengaruhi kehidupan dan kepribadian sang anak secara konsisten hingga Ia beranjak dewasa.
Para ilmuwan dalam penelitian ini pun menemukan bahwa anak yang merasakan dampak buruk akibat penolakan ayah akan menunjukkan perilaku agresif. Selain itu, Ia juga akan bersikap memusuhi orang lain, serta cenderung merasa rendah diri.
Adapun hal yang bisa dilakukan dalam menangani anak yang sebelumnya mendapat penolakan dari orang tua, baik ibu maupun ayah dengan secara sengaja ataupun tidak, yaitu dengan mengubah sisi kognitif, emosi serta perilakunya. Mengubah sisi kognitif anak dengan memastikan apakah situasi dan anggapan orang lain yang dipikirkan anak benar atau tidak, kemudian meluruskannya sehingga anak tersebut tidak jatuh lantaran termakan oleh pikiran dan perasaannya sendiri.
Selanjutnya, mengubah emosi anak dengan relaksasi dan juga menanamkan sugesti. Kemudian mengubah perilakunya dengan cara mengajaknya bersosialisasi bersama orang lain. Hal ini tentu sulit dilakukan, terlebih jika depresi tersebut membuat anak tak mau keluar bahkan bertemu dengan orang lain. Namun, semua memang butuh proses dan bisa dilakukan secara perlahan dan penuh kesabaran yang tentunya dapat menampik perasaannya sendiri, bahwa sesungguhnya Ia bukanlah sosok yang tak diinginkan. (Hifziyah).