Home Gaya hidup Perilaku Konsumtif Di Masa Pandemi

Perilaku Konsumtif Di Masa Pandemi

Facebook
Twitter

TELENEWS.ID – Sejak pandemi melanda dunia, termasuk Indonesia banyak terjadi perubahan pola hidup di masyarakat. Berbagai dimensi kehidupan mulai dari pekerjaan, pendidikan, ekonomi hingga sosial dan budaya. Pergeseran nilai, norma, pola dan struktur di masyarakat juga akibat dari pandemi yang masih berlangsung.

Perubahan pola hidup ini menjadikan tren seperti bekerja dari rumah dan sekolah dari rumah atau biasa disebut online (daring). Tujuannya adalah menghindari kerumunan dan kontak fisik secara langsung dengan orang lain. Hal ini sebagai upaya pemerintah agar menekan laju penyebaran virus Covid-19.

Pergeseran perilaku sosial juga menyebabkan perubahan gaya hidup. Aktivitas belanja daring juga tidak luput dari akibat kebijakan tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh seorang dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) Dr. Wisnu Wibowo yang mengatakan bahwa aturan WFH dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di sejumlah wilayah menyebabkan pola perilaku konsumsi masyarakat berubah.

Menurutnya lagi, hal tersebut banyak dipengaruhi oleh bergesernya aktivitas luar jaringan (luring) menjadi dalam jaringan (daring) setelah adanya pandemi.

Momen tersebut dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para perusahaan e-commerce atau online shop, di mana para pelaku bisnis online berlomba-lomba menawarkan produknya dengan kemasan yang menarik.

Maka secara tidak langsung, pandemi juga mengubah perilaku seseorang menjadi konsumtif. Perilaku konsumtif juga merambah ke berbagai sektor kebutuhan hidup. Pada akhirnya, perilaku tersebut juga menjadikan sebagai ciri khas masyarakat post-modern yakni membeli barang bukan karena faktor kebutuhan primer, tetapi lebih kepada kebutuhan gengsi sebagai identitas sosial semata.

Keadaan ini didukung pula dengan promosi menarik yang ditawarkan sejumlah online shop, seperti cashback, gratis ongkir dan juga diskon besar-besaran. Ditambah lagi beberapa public figure yang kerap menjadi ikon menarik pada sebuah iklan.

Terlepas dari itu, belanja daring telah berhasil menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan aman, mudah, dan cepat. Dan secara tidak langsung, belanja daring juga ikut berkontribusi membantu pemerintah mengurangi kontak langsung antar individu, yang juga bisa menekan tingkat penyebaran Covid-19.

Namun di sisi lain, adanya kemudahan belanja daring, menyebabkan masyarakat tergoda oleh tawaran-tawaran menarik untuk konsumsi yang berlebihan tanpa mempertimbangkan akal sehat. Akibat pergeseran perilaku tersebut, gaya hidup konsumtif bisa menjadi penyakit sosial baru.

“Sebagai konsumen, tentunya kita harus lebih bijaksana agar tidak terjebak dalam perilaku konsumtif. Jangan sampai ketika suatu saat virus Corona mereda, muncullah virus baru yang bernama virus konsumtif,” tulis Meike Kurniawati S.Psi, MM, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, untuk Kompas.

Diharapkan agar masyarakat ketika membeli barang online juga memperhitungkan kondisi finansial di kala pandemi yang mengalami penurunan. Jangan sampai terlilit hutang akibat hanya mencari kepuasan dengan meningkatkan harga diri yang sejatinya tidak terlalu berpengaruh terhadap status sosialnya.

Seorang komentator politik dan sosiolog terkenal, Jean Baudrillard, mengemukakan bahwa konsumsi masyarakat era post-modern lebih mengutamakan gaya hidup tanpa melihat fungsi dan tujuan konsumsi. Dalam hal ini, menuntun manusia membeli sesuatu untuk meningkatkan status sosial yang mengesampingkan nilai kebutuhannya.

Aktivitas jual beli yang didorong kebutuhan gaya hidup tanpa melihat nilai dari kebutuhan itu sendiri merupakan penyakit sosial baru yang berbahaya bagi masyarakat post-modern saat ini. Akibat buruk dari perilaku yang tidak dapat dikontrol ini adalah berhutang atau menghalalkan segala cara, seperti merampok, mencuri dan sebagainya.

Realitas sosial yang berlatar belakang kapitalisme ini tidak hanya menciptakan konsumsi berlebihan, namun juga perilaku masyarakat yang dieksploitasi untuk mengkonsumsi suatu komoditas tanpa pikir panjang.

Masyarakat terpancing untuk meningkatkan gengsi sosial, sehingga tak akan pernah terpuaskan selama belum bisa menjadi pemenang dalam lingkaran ‘kompetisi harta’ dan ‘kompetisi sosial’ yang diakui masyarakat sekitarnya.

Dengan mengetahui dampak perilaku konsumtif di masa pandemi, diharapkan selain membantu pemerintah dalam menekan angka penyebaran Covid-19 juga menekan terciptanya virus sosial baru yang berkembang di masyarakat saat ini. (Dwi Eppy)

Facebook
Twitter

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Yoyic Dairy Indonesia

Most Popular

Ragam Tradisi Unik Penuh Makna Keluarga Tionghoa Dalam Menyambut Imlek

TELENEWS.ID - Tradisi masyarakat Tionghoa dalam menyambut Imek atau tahun baru China pastinya memberi makna tertentu. Kali ini di tahun 2022, perayaan...

Status Kelurahan Krukut Tidak Lagi Zona Merah Covid 19, Micro Lockdown Dicabut

TELENEWS.ID - Banyak daerah khususnya di DKI Jakarta mendapat status level 2 dan juga menerapkan micro lockdown. Hanya saja semenjak varian Omicron...

Doyan Sindir Anies Baswedan, Wagub DKI Ke Giring: Tunjukkan Kinerja Dan Prestasi

TELENEWS.ID - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria angkat bicara soal aksi saling sindir antara Gubernur Anies Baswedan dengan Ketua Umum...

Tidak Ada Tempat Bagi Koruptor, Indonesia – Singapura Tanda Tangan Perjanjian Ekstradisi

TELENEWS.ID - Sejak tahun 1998, Indonesia dan Singapura telah melakukan berkali-kali untuk mengukuhkan perjanjian ekstradisi untuk kedua negara namun selalu gagal. Diketahui...