TELENEWS.ID – KTT G20 yang dilaksanakan di Bali pada akhir tahun ini memberikan sebuah kejutan, dimana Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan akan menghadiri KTT tersebut. Hal itu sudah dikonfirmasi oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobyeva beberapa waktu yang lalu. Rencana ini sejalan dengan desakan negara-negara G20 yang ingin mengeluarkan Resia sebagai tanggapan atas serangannya ke Ukraina.
Indonesia bertindak sebagai tuan rumah dalam KTT G20 nanti yang akan membahas mengenai masalah isu perekonomian secara global. Pembahasan tahun ini sangat menarik, karena berada di tengah pandemi dan ditambah dengan konflik antara Rusia dan Ukraina yang juga mempengaruhi iklim ekonomi secara global.
Tantangan Indonesia Sebagai Tuan Rumah
Indonesia menggunakan politik bebas aktif dalam forum internasional yang berarti tidak memihak kepada siapapun, dan juga aktif dalam membangun hubungan internasional. KTT G20 yang berada di Indonesia ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Indonesia karena akan menerima tamu dari negara yang sedang terlibat konflik.
Namun, untuk kali ini Indonesia sepertinya bimbang dalam menerima kedatangan Vladimir Putin ke KTT G20 tersebut. Jika Indonesia menerima kedatangannya, maka masyarakat dunia menganggap Indonesia sudah masuk ke dalam konflik Rusia-Ukraina secara tidak langsung. Akan tetapi, jika menolak kedatangan Putin maka hal tersebut juga akan memberikan dampak ekonomi nasional karena Indonesia dan Rusia menjalin kerjasama ekonomi dalam berbagai macam bidang.
Justru, dengan bertindak sebagai tuan rumah, menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi penengah di negara yang sedang terlibat konflik ini. KTT G20 diharapkan bisa menjadi jembatan untuk membuka perdamaian di Eropa bagian Timur. Terlebih, Uni Eropa juga menjadi salah satu anggota G20 yang nantinya akan mengirimkan delegasinya ke Bali.
“Tugas penting bagi presiden Jokowi adalah untuk mengingatkan kepada Rusia bahwa invasi yang diciptakan membawa instabilitas terhadap perekonomian secara global. Indonesia maupun negara berkembang dan negara miskin lainnya itu terdampak cukup serius,” ujar Bhima Yudhistira, selaku ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance.
Investasi Rusia di Indonesia
Rencana kedatangan Vladimir Putin ini bukan tanpa agenda, sebab Rusia saat ini sedang gencar melakukan investasi ke berbagai negara di tengah embargo yang mereka hadapi. Indonesia dianggap Rusia sebagai salah satu negara yang memiliki pandangan objektif dan tidak memihak kepada siapapun.
Dari segi pendapatan negara, nilai ekspor Indonesia dan Rusia memberikan angka terbaik terutama di sektor besi baja, pupuk, dan juga bahan pangan lainnya. Negara mencatat angka sebesar USD 2,1 Miliar atau naik sekitar 44,33% dari tahun sebelumnya yang mencatatkan angka USD 1,53 Miliar.
Hal ini bisa menjadi sebuah catatan sejarah jika Indonesia mampu menjadi penengah dalam konflik Rusia-Ukraina, namun lewat jalan perekonomian dan bukan campur tangan dalam bidang politik. Terlebih lagi, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden juga menjadi salah satu anggota G20. Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang paling berpengaruh dalam iklim ekonomi di negara anggota G20 tersebut.
Baik itu Rusia dan juga Amerika Serikat, sama-sama memiliki masalah dan juga sedang terlibat dalam ketegangan dunia. Konsistensi Indonesia dalam berpolitik bebas aktif benar-benar menjadi sebuah ujian terbesar dalam KTT G20 tahun ini utuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu untuk menjadi negara yang bisa memberikan solusi atas konflik yang sedang terjadi ini. (Latief)