TELENEWS.ID – Positivity rate kasus penularan Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tren penurunan. Angka positivity rate di Indonesia sejak Minggu (20/12/2020) kemarin menyentuh angka 24.2%. Angka itu 4 kali lipat standar positivity rate yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, atau WHO, yakni 5%. Persentase ini juga masih fluktuatif hingga tiga hari ke depan.
Positivity rate pada tanggal 21-22 Desember kemarin, misalnya, menunjukkan angka 27.6% dan 20.62%, namun kembali naik menjadi 22.39% pada tanggal 23 Desember. Kabar baiknya, pada tanggal 24 Desember kemarin angkanya sempat menurun ke 17.9%.
Positivity rate berbanding terbalik dengan jumlah tes yang dilakukan pada masyarakat. Hal ini karena positivity rate merupakan perbandingan antara jumlah kasus positif masyarakat yang positif terinfeksi virus dengan jumlah masyarakat yang telah menjalankan tes. Semakin rendah persentase positivity rate, maka semakin banyak jumlah tesnya.
Sebagai contoh, positivity rate 24.2% pada 20 Desember kemarin dihasilkan dari tes PCR data Satgas Covid-19 yang menunjukkan testing PCR pada orang berjumlah 28.837. Kemudian, pada 21 Desember positivity rate menjadi 27.6%, dengan jumlah 24.753 orang yang berhasil dites dan 6.848 dinyatakan positif terinfeksi covid-19. Sedangkan, positivity rate 22.39% di tanggal 23 Desember dihasilkan dari 33.554 orang yang dites dan 7.514 yang dinyatakan positif.
Hal ini menunjukkan, untuk mendapatkan positivity rate yang dapat mewakili cakupan wilayah yang lebih luas maka pemerintah harus lebih cepat dan dan lebih banyak melakukan tes PCR. Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman juga sempat menghimbau pemerintah agar memperbanyak testing sedikitnya 2-3 kali lipat dari standar WHO. Itu perlu dilakukan karena angka positivity rate infeksi virus corona di Indonesia yang tinggi.
“Kita harus lihat eskalasi pandemi di satu wilayah itu, WHO hanya menetapkan batasan minimal, penting sekali tes harus sesuai dengan eskalasi pandeminya yang ditandai dengan tes positivity rate harus mencapai setidaknya 5 persen,” jelas Dicky.
Apalagi, menurut kabar terbaru dari CNBC, sudah muncul mutasi virus corona terbaru dengan tingkat penularan yang lebih tinggi. Centre for Mathematical Modelling of Infectious Diseases (Pusat Permodelan Matematika Penyakit Menular) di London School of Hygiene and Tropical Medicine mencatat, varian jenis baru ini memiliki tingkat penularan hingga 56% dibanding varian yang sudah menyerah hampir setahun terakhir ini. Belum lagi, varian jenis baru berpotensi lebih mudah menyerang anak-anak, menurut ahli epidemiologi di Imperial College London, Neil Ferguson menjelaskan.
Dengan munculnya mutasi gen virus Covid-19 lantas tidak bisa dibiarkan begitu saja. Memperbanyak testing pada masyarakat menjadi salah satu upaya pencegahan dan monitoring agar penyebaran virus tersebut setidaknya tetap dalam kontrol.