TELENEWS.ID – Kekalahan Rans FC atas Persija rupanya berimbas pada Rafathar Malik Ahmad, putra Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Pasalnya pasca klub sepakbola sang ayah kalah, suporter Persija kemudian mengumandangkan yel-yel dengan menyebut nama Rafathar.
“Rafathar nangis, Rafathar nangis” begitu bunyi yel-yel yang diteriakkan oleh fans Persija. Siapa sangka hal ini rupanya didengar oleh Rafathar. Bahkan menurut Raffi, putra sulungnya itu benar-benar menangis usai diejek oleh para suporter Persija.
Namun sebagai ayah, Raffi agaknya santai menanggapi sang anak yang konon kena bully satu stadion itu. “Itu seninya sepak bola, karena dinyanyikan suporter satu stadion bahwa Rafathar nangis karena Rans Nusantara FC kalah sama Persija Jakarta, dia akhirnya nangis beneran,” kata Raffi Ahmad.
Banyak yang menganggap apa yang dialami oleh Rafathar merupakan salah satu bentuk bullying. Mereka menyesalkan mengapa Rafathar yang kena, padahal Rans FC sendiri adalah milik Raffi Ahmad, sang ayah.
Sebagaimana kita tahu bullying bisa terjadi baik secara langsung maupun online. Cyberbullying sering terjadi melalui media sosial, SMS/teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak-anak berinteraksi. Karena orang tua mungkin tidak selalu mengikuti apa yang dilakukan anak-anak mereka di platform media sosial, mungkin sulit untuk mengetahui kapan anak terpengaruh oleh bullying ini.
Menurut UNICEF : “Bullying dapat memiliki konsekuensi yang berbahaya dan tahan lama bagi anak-anak. Selain efek fisik dari bullying, anak-anak mungkin mengalami masalah kesehatan emosional dan mental, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat menyebabkan penyalahgunaan zat dan penurunan kinerja di sekolah”.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh orangtua saat anaknya mengalami bullying seperti Rafathar?
- Dengarkan cerita anak
Jika anak memberi tahu tentang bullying yang mereka alami, dengarkan dengan tenang dan tawarkan kenyamanan dan dukungan. Anak-anak sering enggan memberi tahu orang dewasa tentang bullying karena mereka merasa malu, atau khawatir orang tua mereka akan kecewa, kesal, marah, atau reaktif. - Beri pemahaman anak mengenai bullying
Begitu mereka tahu apa itu bullying, anak-anak akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka atau orang lain. Selain itu, mengajarkan mengenai bullying juga akan mencegah anak menjadi pelaku bully baik di sosial media, sekolah atau lingkungan mereka. - Jangan mengkonfrontasi orangtua atau pelaku bullying secara langsung
Tentu saja sebagai orangtua sangat dimaklumi jika kita sedih, marah dan terluka saat buah hati mengalami bullying. Namun mendatangi atau mengkonfrontasi pelaku bullying dan orangtua mereka secara langsung bukanlah langkah yang tepat. Membalas secara emosional, tidak akan membantu anak memecahkan masalah atau merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Di sinilah orangtua harus memberikan beberapa contoh untuk anak tentang bagaimana memecahkan masalah. - Ajarkan pada anak bagaimana sebaiknya mereka bereaksi
Pelaku bullying cenderung memilih orang-orang yang bisa membuat mereka bereaksi. Mereka memilih anak-anak yang mudah marah dan yang memasukkan ejekan itu dalam hati. Mereka juga mencari anak-anak yang tidak mau membela diri mereka sendiri, atau yang bisa mereka kalahkan. Penting untuk mengajari anak cara bereaksi seperti mengabaikan para pelaku bullying dan segera memberi tahu orangtua mengenai tindak bullying yang mereka alami baik secara langsung atau online. - Bantu anak untuk lebih percaya diri
Pelaku bullying cenderung menghindari anak-anak yang terlihat percaya diri. Karena itulah penting bagi orangtua untuk membantu membangun rasa percaya diri di hati anak-anak. Pengganggu cenderung tidak menargetkan anak-anak yang percaya diri, dan jika mereka menjadi sasaran bully rasa percaya diri mereka yang kuat akan membantu mereka mengatasi intimidasi. - Bekerjasama dengan pihak sekolah
Orangtua harus menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah, untuk berjaga-jaga jika anak mungkin mengalami bullying di sekolah. Sekolah bertanggungjawab penuh pada keselamatan anak selama belajar di sana. Dan tentu saja semua sekolah tidak akan mentolerir bullying. Pastikan juga anak terus berbicara apakah itu dengan orangtua, wali kelas, guru atau BK jika mereka mengalami bullying. (Yuyun Amalia)