TELENEWS.ID – Pada Jumat (03/05/2022) waktu Moskow, Kementerian Perdagangan Moskow menyatakan akan mulai membatasi ekspor gas mulia salah satunya neon hingga akhir tahun 2022 kepada beberapa negara Eropa. Hal ini dilakukan sebagai tanggapan pihak Rusia yang mendapat banyak sanksi dari negara Uni Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara Asia.
Diketahui gas mulai merupakan salah satu bahan penting yang dibutuhkan negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk bahan pembuatan chip. Selain itu upaya ini juga dilakukan untuk semakin memperkuat ekonomi Rusia sendiri baik dengan memanfaatkan bahan mentah sendiri ataupun menjual ke negara yang lebih tepat. Selain Uni Eropa dan Amerika Serikat, salah satu importir tertinggi lainnya untuk gas mulia Rusia adalah Jepang.
Diketahui bahwa pada Mei 2022 lalu, Rusia juga sudah memotong ekspor gas mulia ke berbagai negara sebesar 30% menyusul sanksi yang dijatuhkan akibat invasi Rusia terhadap Ukraina. Menurut Wakil Menteri Perdagangan Rusia, Vasily Sphak, pembatasan yang lebih besar ini dan dengan target yang lebih panjang akan dimanfaatkan untuk mengatur kembali rantai ekspor yang lebih baik dan berdampak positif jangka panjang untuk kedua pihak. Namun Rusia masih membantah bahwa pembatasan ekspor ini dilakukan sebagai modal Rusia dalam meningkatkan produksi gas mulia yang lebih tinggi.
Salah satu dampak bagi negara pemasok gas mulia Rusia jika Rusia membatasi bahkan memberhentikan pasokan gas mulia ini adalah tingginya harga minyak dunia karena meningkatnya penggunaan minyak oleh negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sebagai ganti dari berkurangnya pasokan gas mulia, negara tersebut akan menggunakan minyak untuk bahan bakar dan energi. Mencari alternatif pasokan minyak jauh lebih mudah dibandingkan dengan gas mulia.
Salah satu negara yang akan paling terdampak dari berkurangnya pasokan gas mulia Rusia ini adalah Jerman, Italia dan Jepang. Penggunaan minyak untuk beberapa negara juga akan berdampak pada perkembangan industri mereka yang secara teknologi sudah biasa menggunakan gas mulia belum tentu bisa beralih menggunakan minyak. Selain itu tingginya harga minyak karena meningkatnya kebutuhan negara importir gas mulia, akan berdampak ke negara lain di dunia. Salah satunya Indonesia sebagai negara pengguna bahan bakar minyak yang tinggi juga akan ikut merasakan naiknya harga minyak dunia.
Dikutip dari laporan CNBC pada 21 April 2022, harga minyak mentah dunia saat ini adalah 107,90 per Barrel naik sekitar 65 sen atau 0,6% akibat invasi Rusia-Ukraina terus bergulir. Dampak paling nyata yang akan segera dirasakan Indonesia dalam waktu dekat adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang belum tentu pemerintah bisa meningkatkan angka subsidi. (Angela Limawan)