TELENEWS.ID – Beberapa waktu lalu Cristiano Ronaldo membuat gempar dunia sepak bola dalam perhelatan Euro 2020 karena memindahkan dua botol Coca-Cola dari frame kamera saat konferensi pers.
Tak lama kemudian, saham perusahaan minuman bersoda itu pun anjlok hingga mengalami kerugian besar.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah Ronaldo diperkenankan melakukan hal seperti itu? Sedangkan Coca-Cola hadir sebagai sponsor utama turnamen Euro dan sudah memiliki kesepakatan dengan pihak UEFA sebagai badan pengatur sepak bola benua Eropa.
Bahkan setelah apa yang dilakukan Ronaldo, bintang sepak bola lainnya yaitu Paul Pogba menyingkirkan botol minuman keras yang menjadi sponsor saat konferensi pers.
Karena hal itu, Carlos Canto yang merupakan pakar konsultan marketing ternama angkat bicara sekaligus melontarkan kritik terhadap dua bintang sepak bola yang disebutkan di atas karena tidak menghargai sponsor meskipun berusaha menyampaikan pesan positif.
Lalu menurut kabar terbaru, pihak penyelenggara Euro 2020 memberi peringatan para pesepakbola agar tidak ada lagi aksi tersebut atau akan ada sanksi khusus.
Membahas sponsor, Euro 2020 kali ini tergolong unik karena UEFA tidak menggandeng sponsor yang berbasis di Eropa dan lebih banyak mendapat dukungan dari Tiongkok. Hal itu pun menunjukkan bahwa Euro 2020 memiliki jangkauan luas alias tak kalah dari Piala Dunia.
Dalam sebuah tulisan ‘The Conversation’ yang dibuat Simon Chadwick dan Paul Widdop, mengandaikan sponsor Euro 2020 akan memberi pengaruh langsung kepada penonton turnamen dari televisi.
Namun hal itu tidak bisa dipastikan mampu menarik minat semua penggemar sepak bola untuk meembeli produk-produk yang menjadi sponsor Euro 2020. Sedangkan dana besar harus disiapkan oleh suatu perusahaan jika ingin menjadi sponsor resmi Euro 2020.
Misalnya pada tahun 2014, ketika Piala Dunia digelar, keuntungan mencapai €1,93 miliar dan 480 jutanya berasal dari sponsor. Memang tidak bisa dipastikan mengenai angka terkait rincian kerjasama sponsor dengan UEFA karena datanya ‘tidak dipublikasikan’.
Meskipun begitu, kabarnya Alipay (sistem pembayaran online dan m-dagang pihak ketiga yang didirikan dari Tiongkok) menyetor £176 juta pada UEFA untuk kontrak kerjasama delapan tahun.
Kemudian dalam tulisan di ‘The Conversation’, Chadwick dan Widdop mengatakan portofolio sponsorship menunjukkan bahwa sepak bola merupakan pusat dari hiburan, gaya hidup dan ekonomi digital.
Dengan begitu, maka sponsor dari bidang otomotif atau sejenisnya tidak lagi berlaku karena mayoritas sponsor yang masuk bergerak di bidang makanan, minuman dan maskapai penerbangan.
Dilansir dari berbagai sumber, UEFA mengkategorikan tiga jenis sponsor di Euro 2020 yaitu National Team Football Sponsors, Euro 2020 Official Sponsors dan Euro 2020 Oficial Licensees
Dengan begitu, setiap tim nasional diizinkan membawa sponsor mereka sendiri sebagai bentuk promosi identitas nasional dan industri. Contohnya adalah tim nasional Jerman yang mencantumkan sponsor Adidas dan Volkswagen.
Kemudian ada ‘Gazprom’ (perusahaan penyedia gas alam) yang bertindak sebagai sponsor Euro. Produk mereka tidak dijual bebas, lalu mengapa ikut ‘beriklan’? Ada alasan yang cukup politis karena perusahaan itu ingin diakui.
Lalu membahas perusahaan asal Tiongkok, ada Vivo, Tiktok, Alipay, Antchain dan Hisense yang menjadi sponsor terbesar Euro 2020. Sedangkan Amerika Serikat diwakili oleh Coca-cola dan IMG.
Lalu dimana perusahaan-perusahaan dari benua Eropa itu sendiri? Menurut Chadwick dan Waddop, hal itu menunjukkan situasi dari industri Eropa yang kalah bersaing dari Tiongkok dan Amerika Serikat.
Melihat hal itu, miris memang karena Euro 2020 yang seharusnya jadi acara besar bagi warga negara yang ada di benua Eropa, justru menjadi gambaran bagaimana mereka kalah secara ekonomi saat ini. (Dhe)