TELENEWS.ID – Di pertandingan pembuka Grup B Euro 2020 antara Denmark dan Finlandia (12/6/2021), Simon Kjaer selaku kapten tim nasional Denmark menunjukkan sikap luar biasa, khususnya saat menangani kondisi Christian Eriksen yang tiba-tiba kolaps dan terkapar di lapangan.
Dengan cepat, Kjaer memberi pertolongan pertama kepada Eriksen dengan CPR (resusitasi jantung paru) sebelum tim medis datang.
Setelahnya, Kjaer berusaha menenangkan istri dari Eriksen yang menangis dan berlari masuk ke lapangan. Bahkan saat tim medis sedang melakukan penanganan terhadap Eriksen, Kjaer memimpin rekan-rekan setimnya untuk mengelilingi Eriksen membentuk lingkaran agar tidak disorot media.
Atas aksi heroiknya yang menyelamatkan nyawa Eriksen, seseorang mengubah nama Kjaer di laman Wikipedia menjadi ‘Christian Eriksen’s life saviour’ yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah ‘Penyelamat nyawa Christian Eriksen’.
Dibalik sikap Simon Kjaer di atas lapangan, seperti apakah perjalanan karirnya di dunia sepak bola?
Memiliki nama lengkap Simon Thorup Kjaer, dia lahir pada 26 Maret 1989. Sejak usia 4 tahun, dia sudah menunjukkan ketertarikan pada sepak bola sampai akhirnya bergabung ke SSB (sekolah sepak bola) lokal bernama Lund IF.
Dari situ, dia rajin berlatih sampai bakatnya terasah dan dipantau oleh banyak klub Denmark, termasuk Midtjylland.
Pada tahun 2004, saat Midtjylland masuk tahun kelima setelah berdiri, klub itu fokus pada revolusi. Selain pindah ke stadion baru, klub itu juga mulai mengurus tim muda dan sistem akademi untuk menjadi lebih baik.
Uniknya, Midtjylland sebenarnya tidak tertarik pada Kjaer. Namun dia direkrut ke akademi klub karena sang ayah, Jorn Kjaer, merupakan orang dalam yang bekerja di klub tersebut.
Saat 8 orang staf kepelatihan diminta menyebut 5 dari 16 pemain akademi yang memiliki potensi besar untuk 5 tahun kedepan, tak ada satupun yang menyebut nama Kjaer.
Meskipun sempat diremehkan dan dianggap sebagai ‘pemain titipan’, mental Kjaer tidak runtuh. Dia semakin keras berlatih dan berkembang. Hasilnya, setelah 3 tahun menimba ilmu di akademi pada tahun 2007, dia dipromosikan ke tim senior.
Sejak itu, karirnya di dunia sepak bola mulai terbuka karena setahun kemudian dia merapat ke Palermo dan menunjukkan kemampuan di Serie A Italia.
Setelahnya, Kjaer berpindah-pindah tempat dan membela berbagai klub seperti Wolfsburg, AS Roma, Lille, Fenerbahce, Sevilla, Atalanta dan terakhir AC Milan.
Di tim nasional Denmark, karirnya cukup bagus karena telah mengoleksi 108 caps dan menjalani dua edisi Piala Dunia (2010 dan 2018) serta dua edisi Euro (2012 dan 2020). Pada dua turnamen terakhir, Kjaer ditunjuk sebagai kapten ‘Danish Dynamite’.
Selain perjalanan karirnya, hal yang menarik dari seorang Kjaer adalah prinsip hidup. Jika dilihat dari klub-klub yang pernah dibelanya, tidak ada satupun klub yang menjadi juara sampai akhirnya di usia 32 tahun, dia masih nihil trofi. Meskipun begitu, dia mengaku tidak kecewa dan justru merasa puas dengan karirnya.
Dikutip dari berbagai sumber, Kjaer mengaku bisa saja menerima tawaran dari klub besar Eropa di awal karirnya, namun dia merasa menghadapi klub besar justru menjadi tantangan sekaligus membentuk mentalitasnya seperti sekarang ini.
Melihat perjalanan karirnya yang berliku dan mendapat dukungan dari sang ayah, siapa sangka sang ibu justru tidak merestui pilihan Simon Kjaer. Ibunya yang bekerja sebagai seorang guru melihat sepak bola sebagai karir yang tidak menjanjikan.
Namun dengan kegigihannya, Simon Kjaer kini menjadi pesepakbola hebat dan mampu memimpin negaranya melangkah cukup jauh di berbagai turnamen internasional. (Dhe)