TELENEWS.ID – Beberapa hari lalu, perusahaan startup Indonesia seperti LinkAja, Zenius, SiCepat, dan JD.ID melakukan pemutusan hubungan kerja kepada sejumlah karyawannya. Hal ini mengejutkan banyak publik dan banyak yang bertanya ada apa dengan beberapa perusahaan startup di Indonesia saat ini. Selain itu hal ini juga menjadi kewaspadaan untuk perusahaan startup lain.
Director of General Management JD.ID, Jenie Simon menjelaskan perusahaannya terus melakukan banyak inovasi dalam memberikan pelayanan kepada customer dan masyarakat agar mereka tertarik menggunakan platform kami. Salah satu dari upaya inovasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah pengurangan jumlah karyawan dan restrukturisasi. Namun Jenie menegaskan bahwa walaupun adanya pemutusan hubungan kerja ini, perusahaan tetap sepenuhnya berusaha untuk melaksanakan kewajiban ketenagakerjaan sesuai peraturan pemerintah Indonesia.
Terkait dengan beberapa PHK yang terjadi di beberapa perusahaan startup di Indonesia, sejumlah ahli angkat bicara. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama perusahaan tersebut melakukan pengurangan jumlah karyawan dan restrukturisasi adalah kurangnya pendanaan. Kurangnya pendanaan dan masalah keuangan ini sebagai dampak jangka panjang dari pandemi yang pernah melanda Indonesia kurang lebih selama dua tahun yang berakibat penurunan jumlah pengguna.
Hal lain yang menyebabkan PHK adalah kondisi tingkat suku bunga yang semakin tinggi oleh pemerintah menjadikan investor lebih berhati-hati dalam berinvestasi serta memilih investasi yang lebih aman dan lebih pasti. Investasi di sebuah perusahaan startup teknologi akhirnya menjadi berisiko tinggi dan menjadikan beberapa investor mengalihkan investasinya di luar perusahaan teknologi apalagi berstatus startup.
Bhima juga menjelaskan bahwa kejadian ini sudah pernah terjadi di tahun 2001 dan hal itu akan terjadi sama seperti saat ini serta hanya akan menyisahkan beberapa perusahaan startup saja yang inovasinya paling teruji. Faktor lain adalah sudah banyaknya competitor sejenih yang membuat mereka melakukan perang promo di pasar. Promo inilah yang menjadikan perusahaan yang kuat dengan pendanaan dan keuangannya yang menang. Promo atau bakar uang ini akan menghasilkan perusahaan mana yang lebih bisa mempertahankan pengguna.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah juga menegaskan bahwa PHK di Indonesia ini bukan karena pelemahan ekonomi global maupun dalam negeri. Hal ini lebih disebabkan dari internal perusahaan yang tidak kuat bersaing di pasar dengan competitor dengan pendanaan yang lebih mumpuni.
Hal senada juga diutarakan ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda yang mengatakan bahwa salah satu strategi perusahaan startup menggaet pengguna dan mempertahankan loyalitas pengguna adalah dengan bakar uang. Siapa yang tidak kuat pendanaannya makan strategi seperti ini tidak akan bertahan lama dan malah menjadi kanker bagi perusahaan itu sendiri. (Angela Limawan)