TELENEWS.ID – Program pemerintah Indonesia untuk mengurangi penggunaan emisi karbon juga berdampak dan akan diterapkan untuk bidang kelautan juga. Bukan hanya udara yang akan diperbaiki dan mulai dijaga, namun kelautan dan ekosistem di dalamnya juga akan mulai diterapkan.
Hal ini untuk menjaga keberlangsungan kehidupan ekosistem dan makhluk hidup laut yang tanpa kita sadari juga masih sangat kita butuhkan.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mulai menerapkan sustanaible tourism di seluruh kawasan Indonesia terutama lokasi wisata yang paling banyak dikunjungi.
Adapun beberapa poin yang perlu diperhatikan antara lain sustanaible management, pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal (pembentukan UMKM), pelestarian budaya bagi masyarakat atau pengunjung (sustanaible culture), serta pelestarian lingkungan (environment sustanaibility). Saat ini sudah ada beberapa lokasi wisata yang sudah menerapkan sustanaible toursim dan akan menjadi gambaran untuk penerapan di lokasi wisata lain.
Pertama adalah taman nasional Ujung Kulon di Banten. Ujung kulon menjadi rumah bagi salah satu hewan dengan kondisi kritis terhadap kepunahan, yaitu Badak Jawa. Untuk itu flora dan fauna di lokasi 122,956 Ha ini sangat penting dijaga. Populasi Badak Jawa hingga Agustus 2020 hanya tersisa 74 ekor saja, dengan 40 ekor jantan dan 34 ekor betina. Berdasarkan standar dari The Conversation, jumlah tersebut adalah jumlah kritis dan sangat kecil untuk suatu spesies.
Selain menjaga flora dan fauna, suatu tempat wisata juga akan membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar lokasi. Sejumlah kegiatan wisata bisa dijadikan sebagai peluang usaha bagi masyarakat. Seperti kegiatan diving dan snorkling di Pulau Peucang, hiking di Karang Copong, berselancar di Pulau Panaita, trekking ke Gunung Honje, bersantai Padang Rumput Cidaon, menyaksikan Owa Jawa di Curug Cikacang, menikmati kekayaan alam di Kepulauan Handeuleum, serta berkano di Pulau Pamanggangan.
Dari seluruh kegiatan ini tentunya wisatawan memerlukan pendampingan tenaga ahli, atau orang-orang sekitar yang mengerti medan kegiatan, sehingga keamanan wisatawan juga terjaga. Selain itu warga sekitar juga bisa menyiapkan beberapa barang yang bisa disewa untuk wisatawan gunakan. Hal ini tentu menambahkan kesempatan mereka mendapat penghasilan.
Lokasi kedua adalah Taman Sari Buwana, Banjae Beng Utara, Desa Tunjuk, Kabupaten Tebanan, Bali. Salah satu wisata yang hampir punah untuk tetap bisa dinikmati di lokasi ini adalah sistem pertanian yang masih menggunakan cara tradisional, yaitu subak dan metekap atau membajak sawah menggunakan dua sapi. Lokasi ini memang menawarkan pengalaman bercocok tanam untuk wisatawan. Wisatawan bisa ikut melakukan beragam kegiatan cocok tanam bersama warga sekitar. Selain itu wisatawan juga bisa menikmati kegiatan trekking ke rute subak kelasem dan subak babakan.
Sustanaible culture yang diterapkan di lokasi wisata ini adalah wisatawan dapat ikut membuat beberapa kerajinan khas. Canang sari (terbuat dari janur dan bunga) dan ceper (wadah berbentuk kotak dari daun kelapa dan pinang). Kedua kerajinan ini merupakan perlengkapan khas umat Hindu Bali.
Diharapkan dengan dua lokasi wisata tersebut yang sudah mulai menerapkan poin-poin dari sustanaible tourism, akan mulai diterapkan juga di lokasi wisata di seluruh Indonesia, tentunya dengan pengawasan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. (Angela Limawan)