TELENEWS.ID – Bagi kamu yang belum tahu, vabbing menjadi salah satu tren di TikTok yang tengah viral saat ini. Vabbing sendiri mengacu pada istilah “vagina” dan “dabbing” atau mengoleskan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Ya kamu tidak salah membaca, tren vabbing yang dipopulerkan oleh influencer Mandy Lee ini mengklaim bahhwa mengoleskan cairan vagina pada tubuhnya, memberikan efek yang luar biasa terutama untuk menarik lawan jenis.
Vabbing adalah trend dimana wanita menggunakan cairan vaginanya sebagai parfum dan mengoleskannya di tempat-tempat di mana dia biasanya menyemprotkan parfum seperti di lehernya, di belakang telinga dan pergelangan tangannya. Menurut para wanita di TikTok, cairan dari organ kewanitaan mereka melepaskan feromon yang menarik lawan jenis.
Sebenarnya tren vabbing sendiri sudah pernah ada di tahun 2018 saat disiarkan pada acara Secret Keepers Club. Praktik tersebut kini menjadi viral di TikTok sebagai tren, di mana sejumlah wanita mengakui tentang manfaat vabbing.
Tentu saja bagi kita, vabbing terdengar sangat jorok dan menjijikkan. Namun Amy Lee sebagai influencer yang pertama kali mengunggah trend ini mengaku banyak pria yang memperlakukannya secara spesial semenjak melakukan praktik vabbing ini.
“Aku bersumpah, kamu akan menarik pria saat kencan. Atau kamu bisa mendapatkan minuman gratis sepanjang malam,” ungkap Mandy Lee pada video miliknya di TikTok.
Gagasan di balik praktik aneh ini berasal dari gagasan bahwa aroma dan feromon adalah cara alami untuk memikat calon pasangan, dan ini adalah metode yang telah digunakan oleh wanita selama beberapa dekade.
Seperti dilansir The Cut, praktik tersebut tampaknya tidak berbahaya tetapi ahli ginekolog Kanada-Amerika Dr Jen Gunter mengatakan orang perlu berhati-hati saat mengikuti tren vabbing ini. Ia memperingatkan mereka yang menderita hepatitis B untuk tidak mengambil bagian dalam tren ini, karena bakteri dapat hidup di permukaan untuk waktu yang lebih lama.
“Hampir semua hal yang ditularkan secara seksual, hanya ditularkan secara seksual karena organisme ini hidup di relung lingkungan yang sangat spesifik di tubuh kita,” jelasnya.
Selain itu Gunter juga menegaskan bahwa kemungkinan trend vabbing untuk menarik lawan jenis karena percaya adanya feromon dalam cairan miss V, tidak akan berhasil sama sekali.
“Memang hewan dan serangga memiliki kelenjar yang menghasilkan feromon atau bahan kimia yang mentransfer informasi terutama pada lawan jenis, manusia memiliki organ vomeronasal yang hampir tidak berguna, dan oleh karena itu, vabbing tidak akan berhasil” ujarnya.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Dr Sam Hay BMedSci, MBBS(Hons), FRACGP, GDipSpMed, DCH. Dokter asal Australia yang kerap tampil dalam program acara “The Kyle and Jackie O” juga pesimis kalau tren vabbing punya efek luar biasa seperti yang diklaim oleh pencetusnya.
“Saya tidak yakin apakah ada bukti tentang itu. Namun, saya sangat skeptis,” kata Dr. Hay, menambahkan, “Tren ini tidak akan menjadi daya tarik pria yang kuat seperti yang mungkin dipikirkan beberapa wanita.”
Dan meskipun banyak wanita mengaku “vabbing” membuat pria terpikat pada mereka, dokter kulit di New York, Dr. Blair Murphy-Rose, MD mengatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah untuk tren ini.
“Kami tidak dapat mengatakan dengan pasti berdasarkan penelitian, bahwa feromon manusia mempengaruhi perilaku kawin manusia,” kata Dr. Murphy-Rose. Ia juga menambahkan bahwa sebagian besar penelitian tentang feromon itu hanya melibatkan hewan saja dan bukan manusia.
“Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa mereka memiliki bukti yang menunjukkan efek signifikan dalam menarik pasangan melalui feromon seseorang, namun kami tidak memiliki data yang kuat untuk mendukungnya pada saat ini” tambahnya lagi.
So ladies, setelah membaca penjelasan ahli diatas apakah kamu masih mau ikutan tren vabbing yang “ewww” ini? (Yuyun Amalia)