TELENEWS.ID – Netizen tanah air sempat dihebohkan oleh sebuah foto yang menunjukkan kilatan cahaya di puncak Gunung Merapi. Kilatan tersebut disinyalir berasal dari meteor yang jatuh. Menanggapi klaim tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pun memberi penjelasan.
Foto yang menunjukkan kilatan cahaya berwarna hijau tersebut viral setelah diunggah di Twitter oleh akun @merapi_uncover. Belakangan diketahui gambar itu diambil oleh seorang fotografer bernama Gunarto Song. Ia mengaku foto tersebut diambilnya ketika tengah berada di Kaliadem, Cangkringan, Yogyakarta.
Menanggapi hal itu, LAPAN pun memiliki tanggapan yang berbeda. Seorang peneliti LAPAN bernama Emmanuel Sungging menyebut bahwa benda yang terpotret dalam foto tersebut kemungkinan memang merupakan meteor. Teori itu didasarkannya pada warna kilasan cahaya dalam foto yang berwarna biru kehijauan (cyan), yang berasal dari kandungan magnesium yang sering dibawa meteor.
Sementara ketua LAPAN sendiri, Thomas Djamaludin, meragukan dugaan tersebut karena kurangnya bukti pendukung. “Lapan tidak melakukan pengamatan meteor sporadik. Hanya menganalisis laporan warga. Kesaksian tunggal meteor terang sangat meragukan,” tutur Thomas.
Lebih lanjut, Thomas mengatakan bahwa pihaknya memerlukan laporan dari masyarakat lain di lokasi berbeda untuk mengkonfirmasi kebenaran foto meteor tersebut. “Saat ini rekayasa foto sering terjadi, sekilas ya seperti foto meteor. Tetapi saya tidak bisa mengkonfirmasi kebenarannya, kalau tidak ada saksi lain,” ucapnya.
Namun Thomas juga membenarkan bahwa meteor yang jatuh ke bumi akan menghasilkan kilatan cahaya yang terang di belakangnya, seperti yang nampak pada foto yang beredar. “Meteor adalah objek antariksa (batuan atau logam) yang masuk atmosfer. Karena efek tekanan atmosfer yang semakin padat, objek terbakar sehingga memancarkan cahaya. Kecemerlangannya bergantung ukurannya. Semakin besar ukurannya semakin terang. Bila di foto, terlihat jejak cahaya di belakangnya,” terang dia.
Sementara peneliti LAPAN lainnya, Andi Pangerang, mendukung dugaan adanya meteor yang jatuh karena pada bulan Mei ini setidaknya ada dua hujan meteor yang sedang aktif, yakni Eta Aquarid di periode 19 April – 28 Mei, dan Arietid di 14 Mei hingga 24 Juni mendatang. “Dari dua data ini, bisa diduga bahwa kilatan cahaya kehijauan yang muncul di dekat Gunung Merapi mungkin terkait dengan aktivitas hujan meteor,” papar Andi.
Adapun Andi memperkirakan meteor tersebut tidak jatuh di atas Gunung Merapi seperti yang banyak beredar di media massa, melainkan puncak Gunung Merbabu. “Perkiraan menggunakan metode paralaks sederhana menyimpulkan bahwa kemungkinan sekiranya terdapat meteorit, lokasi jatuhnya justru bukan berada di lereng Gunung Merapi, melainkan agak di sekitar puncak Merbabu. Hal ini ditandai dengan posisi kilatan cahaya yang nyaris vertikal menjulang ke langit,” Imbuh dia.
Andi pun menghimbau setiap warga yang menemukan benda antariksa di sekitar titik jatuhnya meteor untuk langsung menghubungi pihak berwajib dan tidak lama-lama berdiam diri di dekat benda tersebut. (Billy Bagus)
