TELENEWS.ID – Meskipun dianjurkan oleh para pakar kesehatan, pemakaian masker sekali pakai rupanya berpotensi menimbulkan bahaya bagi lingkungan. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa masker sekali pakai mengandung zat polutan yang bisa mencemari lingkungan.
Fakta tersebut diungkap oleh sejumlah ilmuwan dari Swansea University. Dari hasil studi yang didukung oleh Institute for Innovative Material, Processing and Numerical Technologies (IMPACT) dan SPECIFIC Innovation & Knowledge Center tersebut, mereka menemukan bahwa masker sekali pakai mengandung polutan tingkat tinggi yang tidak baik bagi lingkungan.
Sejumlah zat polutan tersebut antara lain timbal, antimon, tembaga serta kandungan serat plastik berbasis silikon.
Pimpinan proyek penelitian tersebut, Dr. Sarper Sarp, tetap menghimbau pada masyarakat untuk mengenakan masker demi mengakhiri penyebaran pandemi COVID-19 sesegera mungkin. Namun ia juga menegaskan bahwa para ilmuwan harus terus melakukan penelitian dan regulasi terhadap produk masker, sehingga dapat mengurangi resiko terhadap lingkungan dan juga kesehatan manusia.
Penelitian Swansea University dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis masker, mulai masker wajah biasa hingga masker khusus anak-anak yang sekarang memang marak dijual. Peningkatan signifikan penggunaan masker disinyalir telah menimbulkan penyebab baru bagi polusi lingkungan.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka Dr. Sarp berserta tim penelitinya menyarankan agar ada peraturan lebih ketat dalam proses pembuatan, pengujian, pembuangan, dan daur ulang masker sekali pakai.
“Produksi masker wajah berbahan plastik sekali pakai (DPF) di China saja telah mencapai sekitar 200 juta sehari. Namun proses produksinya tidak tepat dan tidak diatur pula diatur mengenai pembuangan DPF ini, sehingga memunculkan masalah polusi plastik yang sudah lama kita hadapi, dan ini akan terus meningkat,” cetusnya.
Dr. Sarp juga menyebut adanya sejumlah bukti bahwa limbah dari masker DPF tersebut berpotensi besar untuk merusak lingkungan dengan melepaskan zat polutan ketika terpapar dan larut air. “Oleh karena itu, penyelidikan lengkap diperlukan untuk menentukan jumlah dan potensi dampak partikel-partikel ini yang masuk ke lingkungan, dan tingkat yang dihirup oleh pengguna selama pernapasan normal” tutur Dr. Sarp.
“Ini harus menjadi perhatian yang signifikan, terutama bagi para profesional perawatan kesehatan, pekerja, dan anak-anak yang diharuskan memakai masker saat bersekolah,” tukas dia. (Billy Bagus)