TELENEWS.ID – Program penelitian luar angkasa memang memiliki tujuan yang positif bagi umat manusia dan sebagai ilmu pengetahuan meskipun harus mengeluarkan biaya yang sangat besar serta berdampak negatif pada lingkungan.
Namun jika perjalanan ke luar angkasa ditujukan untuk wisata, seperti apa dampaknya di masa depan?
Diketahui sebelumnya, beberapa perusahaan teknologi luar angkasa seperti SpaceX, Space Adventures dan Virgin Galactic ingin mengadakan program wisata antariksa untuk umum. Dan ternyata peminatnya cukup banyak terutama dari kalangan miliarder.
Mengingat krisis iklim yang sedang melanda Bumi, tentu saja mengirim orang-orang kaya ke luar angkasa dengan menggunakan roket adalah hal yang buruk bagi lingkungan.
Misalnya, saat roket lepas landas dan mendarat, semua hal yang bersifat pembakaran berdampak pada atmosfer Bumi.
Hal itu pun diungkapkan oleh Eloise Marais yang merupakan profesor geografi fisik di University College London. Dia mengatakan bahwa bahan bakar apapun yang digunakan untuk peluncuran roket ke luar angkasa akan memancarkan banyak panas nitrogen di atmosfer sehingga menciptakan oksida nitrogen yang mengganggu.
Setelah mempelajari dampak bahan bakar dan industri di atmosfer, Marais mengatakan bahwa oksida nitrogen berkontribusi pada pembentukan atau penipisan ozon tergantung di ketinggian mana zat itu dilepaskan.
Di stratosfer, panas nitrogen akan menggerogoti ozon. Sedangkan di troposfer yang lebih dekat ke permukaan tanah, panas nitrogen bisa menambah ozon. Akan tetapi zat tersebut selayaknya gas rumah kaca dan menahan panas.
Selain itu, bahan bakar jenis lainnya berpotensi merusak atmosfer dengan cara yang berbeda.
Perlu diketahui juga bahwa produksi propelan (material yang digunakan untuk mendorong roket) berdampak buruk pada lingkungan bahkan sebelum maraknya peluncuran roket ke luar angkasa.
Jika peluncuran roket menjadi umum, maka hal itu akan memberi dampak buruk pada lingkungan dengan skala yang lebih besar.
Marais pun menjelaskan bahwa efek terburuk dari bahan bakar roket terhadap atmosfer dan lingkungan belum bisa diketahui sepenuhnya karena para peneliti baru mempelajari topik tersebut.
Tapi dia mengungkapkan bahwa untuk membuat roket, dibutuhkan banyak baja dan aluminium. Sebagai rincian, dari setiap ton baja yang diproduksi memancarkan 1,9 ton karbon dioksida, lalu untuk aluminium memancarkan 11,5 ton karbon dioksida.
Jadi bisa dibayangkan berapa banyak karbon dioksida yang dihasilkan jika satu unit pesawat luar angkasa saja terbuat dari sekitar 200 ton paduan baja, sedangkan untuk roketnya diperkirakan memiliki 300 ton paduan baja.
Memang atas nama ilmu pengetahuan, hal itu memiliki ‘harga yang sepadan’ karena akan memberikan berbagai macam informasi penting. Namun jika untuk wisata yang dibuka secara umum, bisa dibayangkan dampak buruknya pada Bumi. (Dhe)