TELENEWS.ID – RSUD Jombang jadi viral di dunia maya, berkat dugaan malpraktik yang dituduhkan pada mereka. Pasalnya muncul kabar pihak RS “terpaksa” memotong kepala bayi yang mendadak meninggal di tengah-tengah proses melahirkan secara normal.
Selain itu RSUD Jombang dituding melakukan pemaksaan pada pasiennya untuk melakukan kelahiran secara normal. Namun Kabid Pelayanan Medis dan Keperawatan (Yanmed) RSUD Jombang dr Vidya Buana membantah kabar ini. Menurutnya pihak rumah sakit telah melakukan proses medis yang sesuai untuk menolong ibu dan calon bayinya. Namun saat proses melahirkan, mendadak mengalami kemacetan saat kepala bayi telah keluar dari rahim ibunya.
“Setelah pembukaan lengkap, tim kami melakukan pertolongan persalinan sampai kepala bisa lahir. Setelah itu terjadi kemacetan proses melahirkan, macet di pundak,” terang Vidya. Pihaknya pun berusaha melakukan pertolongan namun akhirnya bayi berjenis kelamin perempuan tersebut meninggal dunia.
Vidya membenarkan bahwa pihaknya melakukan pemotongan kepala bayi, yang mereka lakukan semata untuk menolong nyawa sang ibu. “Kalau dipaksakan, mungkin ibu mengalami kondisi seperti robek jalan lahir. Sehingga, mau tidak mau dilakukan operasi untuk mengangkat janin,” katanya.
“Karena kepala sudah keluar, diputuskan dilakukan dekapitasi. Akhirnya kami lakukan operasi, berjalan lancar, alhamdulillah ibu bisa diselamatkan,” tukas Vidya.
Proses melahirkan baik normal maupun caesar keduanya sama-sama memiliki risiko. Namun ibu hamil yang memiliki beberapa masalah kesehatan memang dianjurkan untuk melahirkan secara caesar. Akan tetapi banyak pula perempuan yang menolak proses kelahiran ini, dan memilih tetap melahirkan secara normal.
Sebuah studi oleh dokter Hans Peter Dietz dari Sydney Medical School, Australia, menemukan bahwa wanita yang memiliki anak pertama di usia lanjut, lebih mungkin mengalami cedera dasar panggul yang parah selama persalinan normal. Ini adalah kerusakan yang dapat menyebabkan inkontinensia.
Untuk setiap tahun ekstra pada usia persalinan pertama, ia menemukan bahwa risiko cedera pada otot-otot dasar panggul wanita dari persalinan normal meningkat sebesar 6 persen. Risiko salah satu otot ini terlepas dari tulang kemaluan, adalah 10 persen untuk mereka yang melahirkan normal di usia 20 tahunan, tanpa menggunakan instrumen seperti forsep. Tetapi risiko ini kemudian ini berlipat ganda menjadi 20 persen untuk mereka yang baru melahirkan anak pertama di usia 40 tahun.
Usia adalah faktor karena otot dan ligamen kita menjadi kurang elastis seiring bertambahnya usia. Kondisi ini membuat kedua otot tersebut untuk mungkin robek saat melahirkan, dan meningkatkan kemungkinan membutuhkan operasi caesar darurat. Namun kondisi ini yang membawa risiko infeksi, perdarahan, dan pembekuan darah yang lebih tinggi daripada operasi caesar yang direncanakan sebelumnya.
Dokter Dietz berpendapat bahwa wanita harus diperingatkan tentang bagaimana faktor-faktor seperti usia dan memiliki bayi besar membuat persalinan normal menjadi lebih sulit dan penuh risiko.
Dan meskipun persalinan normal mungkin merupakan cara alami untuk melahirkan anak ke dunia, risiko kesehatan lain bisa menyertainya termasuk:
• Rasa sakit dan kelelahan
• Robekan pada perineum atau jaringan lain
• Wasir dan masalah usus
• Inkontinensia urin
• Trauma panggul
• Reaksi negatif terhadap epidural
Selain itu, jika bunda melahirkan dalam waktu lama atau jika bayi berukuran sangat besar, ada kemungkinan bayi akan terluka selama persalinan normal, termasuk risiko patah tulang selangka atau kulit kepala yang memar. (Yuyun Amalia)