TELENEWS.ID – Kemerdekaan Republik Indonesia tidak lepas dari peran penting beberapa tokoh tanah air yang ingin bebas dari belenggu penjajah. Namun, jangan lupa di balik itu ada salah satu sosok yang juga ikut membantu Indonesia untuk meraih kemerdekaan tahun 1945 silam. Tokoh tersebut adalah Laksamana Muda Maeda Tadashi.
Maeda adalah perwira tinggi Angkatan Laut kekaisaran Jepang pada saat perang dunia 2 meletus tahun 1939 yang lalu. Dirinya lahir pada tanggal 3 Maret 1898 di Kajiki, Kagoshima, Jepang. Selama Indonesia diduduki jepang, Maeda ditugaskan untuk menjadi kepala penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat kekaisaran Jepang di Jakarta.
Maeda dikenal sebagai salah satu sosok yang berjasa dalam Proklamasi Kemerdekaan RI pada tahun 1945 karena mengizinkan Soekarno dkk menggunakan kediamannya untuk dijadikan lokasi perumusan naskah. Namun, tidak hanya itu saja, Maeda adalah salah satu sosok yang berani pasang badan demi kemerdekaan Republik Indonesia.
Maeda sejak awal memang bersimpati terhadap pihak yang ingin memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam sebuah wawancara pada tahun 1973, Maeda pernah meminta pendapat kepada Tokyo supaya pihak Jepang memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk merdeka.
Selepas kemerdekaan Republik Indonesia, Maeda masih berada di Indonesia, dan dia ditugaskan oleh sekutu untuk menjadi komando di kamp konsentrasi Tentara Angkatan Laut Jepang yang ada di Cikole. Di sana, dirinya mengurusi administrasi untuk kepulangan tentara Jepang yang masih ada di Indonesia di bawah perintah sekutu.
Selepas mengemban tugasnya menjadi komandan kamp konsentrasi, Maeda dijebloskan ke penjara yang ada di Singapura. Pihak sekutu, yang saat itu diwakili oleh pihak Belanda beberapa kali meminta Maeda untuk mengakui bahwa dirinyalah yang menggerakkan para tokoh untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun hingga dirinya dipulangkan, Maeda tetap membantah hal itu. Apa yang dikatakannya kepada Belanda ketika di tahanan adalah “Bagaimana mungkin 1 orang seperti saya bisa menggerakkan massa untuk memproklamirkan kemerdekaan.”
Meskipun dirinya berjasa di Indonesia, di Negara asalnya justru Maeda dibawa ke Mahkamah Militer Jepang. Setelah dinyatakan tidak bersalah, Maeda melepaskan jabatannya sebagai Laksamana dan kembali menjadi rakyat biasa. Di Jepang, dirinya tidak dianggap sebagai veteran perang, namun hanya sebagai warga biasa.
Maeda hidup di Tokyo dengan hasil dari pensiunan yang jumlahnya pas-pasan. Laksamana Muda yang berjasa itu tidak mendapatkan kehidupan yang lebih baik di Negara asalnya, hingga akhirnya pada tahun 1977, tepat pada perayaan Kemerdekaan RI, Maeda dianugerahi bintang jasa Nararya.
Maeda wafat pada 14 Desember 1977, dalam sebuah tulisan di Kompas pada 19 Desember 1977, Ahmad Subardjo mendeskripsikan sosok Laksamana Maeda sebagai seorang setia kawan dan juga sebagai Samurai Jepang yang rela mengorbankan diri untuk tercapainya cita-cita rakyat Indonesia untuk merdeka. (Latief)