TELENEWS.ID – Berdasarkan startuprangking.com, Indonesia meraih posisi ke-5 dengan jumlah perusahaan startup 2.203 perusahaan di April 2021. Posisi ini masih dibawah Amerika Serikat, India, Kanada,dan Inggris.
Pada kesempatan webinar Senin 24 Januari 2022 lalu, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Yudhistira menyatakan bahwa Indonesia berada dibawah India bukan karena tidak baik tapi India memang sudah memulai lebih dulu mengembangkan perusahaan-perusahaan startup.
Berdasarkan Laporan Tahunan Ekosistem Startup Global (GSER) 2021, Jakarta menduduki posisi ketiga setelah Mumbai di India dan Kopenhagen di Denmark dalam 100 Kota di seluruh dunia untuk kategori Ekosistem Startup yang sedang berkembang.
Selain itu Jakarta menempati posisi pertama di Asia Tenggara untuk kategori ini berdasarkan startupgenome.com yang mengalahkan Kuala Lumpur, Hochiminh, Bangkok, dan Manila. Semakin banyak dan bertumbuhnya perusahaan startup di Indonesia membuktikan bahwa generasi muda di Indonesia mampu berkembang mengikuti arus digitalisasi global dan bersaing dengan negara lain.
Sekalipun dengan keterbatasan sebagai negara berkembang, tidak menyurutkan semangat anak muda dalam berwirausaha dan membuka lowongan pekerjaan serta mengembangkan perusahaan menjadi Unicorn atau Decacorn.
Berdasarkan The Future of Fintech in Southeast Asia yang dirilis pada september 2020 lalu, Indonesia masuk ke dalam kategori ekosistem bisnis rintisan atau startup teknologi paling bernilai di kawasan Asia Tenggara. Walaupun terkena dampak pandemi Covid-19 cukup parah, nilai startup teknologi Indonesia tetap mampu memiliki nilai 35 miliar dollar Amerika.
Penelitian lain seperti E-Conomy SEA 2020 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain and Company, menyatakan bahwa ekonomi digital Indonesia pada 2020 memberikan kontribusi sebesar 44 miliar dollar Amerika atau sekitar 619 triliun rupiah untuk perekonomian negara.
Pada kesempatan di sidang terbuka Universitas Pertamina, Andy F. Noya menyampaikan bahwa mahasiswa dan generasi muda untuk memanfaatkan peluang disrupsi dan mendirikan bisnis untuk dirintis. Menurut pembawa acara Kick Andy ini, kondisi double disruption atau disrupsi teknologi akibat pandemi covid-19 memang akan membuat persaingan jauh semakin ketat.
Tantangan di tahun ke depan akan menjadi lebih sulit ketika berbagai pihak sudah mulai berbebenah untuk memperbaiki ekonomi perusahaan masing-masing karena dominasi pandemi sudah menurun. Tetapi dengan pandai melihat kesempatan, maka generasi muda akan mampu melihat peluang bidang pekerjaan baru yang lebih banyak tercipta. (Angela Limawan)